Hajinews.co.id – Stroke kerap dipandang sebagai momok mengerikan. Tak heran, seiring tingginya risiko fatalitas, penyakit ini bisa menyerang siapa pun tanpa memunculkan gejala dini lebih dulu.
Dokter spesialis saraf sekaligus anggota Dewan Pembina Perhimpunan Hipertensi Indonesia (InaSh) Prof Dr dr Yuda Turana, SpS menjelaskan pada dasarnya, stroke adalah kondisi pasokan darah terganggu karena penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik). Akibatnya, area tertentu pada otak tidak mendapat pasokan oksigen dan nutrisi, sehingga terjadi kematian sel-sel otak.
Menurut dr Yuda, gejala stroke bergantung pada lokasi masalah pada otak. Oleh karena itu, gejala pada setiap pasien stroke bisa berbeda-beda.
“Gejalanya tergantung lokasi letaknya (penyumbatan) karena otak yang menggerakan tangan kanan kita adalah otak sebelah kiri. Yang menggerakan tangan kiri adalah otak sebelah kanan,” ujarnya saat ditemui di Jakarta Selatan, Selasa (24/10/2023).
Selain itu, jika stroke terjadi di otak bagian belakang, bisa jadi gejala yang timbul adalah gangguan penglihatan. Sementara jika stroke terjadi di batang otak, gejalanya bisa berupa kesulitan menelan.
Dalam paparannya, dr Yuda menjelaskan stroke bisa berupa:
- Gangguan motorik, sensorik, otonom, dan kognitif Kelemahan pada satu sisi tubuh (hemiparesis)
- Lemah pada otot-otot wajah yang membuat satu sisi wajah turun
- Sulit mengangkat kedua lengan akibat lemas atau mati rasa
- Kesulitan berbicara
- Disartria
- Kesemutan
‘Silent Stroke’
Pada beberapa kasus, pasien terlihat tidak mengalami gejala sama sekali sebelum akhirnya terkena serangan stroke. Menurut dr Yuda, bisa jadi gejala pada kasus pasien tersebut sebenarnya sudah muncul beberapa waktu sebelum serangan. Namun, gejala tersebut tak terdeteksi. Misalnya, karena munculnya ketika pasien sedang tidur.
“Nggak ada gejala, belum tentu nggak ada gejala. Bisa serangannya dalam dua jam, atau tiga jam, tapi waktu tidur. Atau sumbatan mengenai bagian silent,” ungkap dr Yuda.
“Contohnya, kesemutan sebelah badan. Dikiranya kesemutan biasa. Belum tentu. Bisa jadi masalah di otak,” pungkasnya.