Kultum 251: Fakta Embriologi dalam Al-Qur’an

Fakta Embriologi dalam Al-Qur’an
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Bagian singkat ini luar biasa dalam deskripsi yang tepat dari proses yang sebenarnya serta bebas dari semua teori dan pandangan yang salah yang lazim terjadi pada masa nabi Muhammad. Sebagaimana dicatat dalam terjemahannya, kata Arab ‘alaqah’ dapat berarti lintah, benda yang tersuspensi atau bekuan darah. Pada kenyataannya, semua istilah ini menggambarkan ‘embrio’. Faktanya, pada tahap paling awal, embrio tidak hanya secara fisik terlihat seperti lintah, tetapi “mendapatkan makanan dari darah ibu, mirip dengan lintah, yang memakan darah orang lain”.

Alaqah, sekali lagi, bisa juga berarti, “benda yang digantung”, yang juga berlaku untuk embrio pada tahap ini saat ia duduk tergantung di dalam rahim ibu. Akhirnya, alaqah ini juga bisa berarti bekuan darah. Sekali lagi, hubungan dengan proses fisik yang sebenarnya adalah ajaib. Ilmiawan bernama Ibrahim menulis bahwa, “penampilan luar embrio dan kantungnya selama tahap alaqah mirip dengan gumpalan darah. Hal ini disebabkan oleh adanya darah dalam jumlah yang relatif besar dalam embrio selama tahap ini. Embrio dalam  tahap ini seperti gumpalan darah”.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Ayat tersebut menyatakan bahwa tahap selanjutnya adalah tahap ‘mudghah’ atau “zat yang dikunyah”. Ini juga merupakan deskripsi yang sangat akurat tentang tahap embrio berikutnya. Pada tahap ini, embrio mengembangkan somit di punggungnya dan ini “agak menyerupai bekas gigi pada zat yang dikunyah”. Informasi yang dijelaskan di atas hanya “ditemukan” dan dilihat oleh manusia sejak perkembangan mikroskop yang kuat. Ibrahim mencatat bahwa Hamm dan Leeuwenhoek adalah yang pertama mengamati sel sperma manusia pada tahun 1677 dengan bantuan mikroskop yang telah dikembangkan. Hal senada juga dikemukakan oleh ahli-ahli embriologi Keith Moore (Kanada). Padahal semua itu terjadi sekitar 1000 tahun setelah zaman Nabi Muhammad. Allahu ya’lam.

Semoga sedikit yang kita baca ini menjadi pelajaran bagi kita untuk bersyukur karena dijadikan Allah hamba yang berIslam dan beriman. Kalau sekiranya kultum bisa memberi manfaat bagi yang lain, mari kita share kultum ini kepada sanak saudara dan handai taulan serta sahabat semuanya, semoga menjadi jariyah kita semua, aamiin.

اَلْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Sumber : Ahmad Idiris Adh.                                               —ooOoo—

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *