Kultum 253: Keajaiban Al-Qur’an dalam Perspektif Linguistik

Keajaiban Al-Qur’an dalam Perspektif Linguistik
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.co.id – Selain berbagai aspek ilmiah, ada aspek penting lain yang secara tradisional dianggap oleh para sarjana Muslim sebagai aspek keajaiban terbesar dari al-Qur’an, yakni keajaiban dari aspek linguistik (balaghah). Secara linguistis, ayat berhubungan dengan keajaiban itu, yang juga dikatakan “menantang pihak yang tidakpercaya atau tidak mengimani Al-Qur’an”, adalah seagaimana firman Allah,

وَاِنْ كُنْتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلٰى عَبْدِنَا

فَأْتُوْا بِسُوْرَةٍ مِّنْ مِّثْلِهٖ ۖ وَادْعُوْا شُهَدَاۤءَكُمْ

مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ

فَاِنْ لَّمْ تَفْعَلُوْا وَلَنْ تَفْعَلُوْا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِيْ

وَقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ ۖ اُعِدَّتْ لِلْكٰفِرِيْنَ

Artinya:

Dan jika kamu (orang-orang kafir Arab, Yahudi, dan Nasrani) dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan (Al-Qur’an) kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu bab yang serupa dengannya dan panggillah saksi-saksimu (pendukung dan penolong) selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. Tetapi jika kamu tidak melakukannya, dan kamu tidak akan pernah bisa melakukannya , maka takutlah kepada api (Neraka) yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir (QS. Al-Baqarah, ayat 23 – 24).

Ternyata pada saat itu, bahkan sampai saat ini, belum ada satu manusia pun yang mampu memenuhi tantanagn tersebut. Berikut ini, pendapat tiga ahli ilmiah bahasa (linguist) tentang keindahan Al-Qur’an dari segi bahasa. John Naish yang seorang wartawan dan penulis mengatakan “Al-Qur’an dalam pemakaian bahasa Arab aslinya memiliki keindahan dan pesona tersendiri. Disajikan dalam gaya yang ringkas dan agung, kalimat-kalimat singkatnya yang berisi, sering kali berirama, menimbulkan kekuatan ekspresif dan energi ledakan yang sangat sulit untuk disampaikan secara harfiah.

Demikian pula, AJ Arberry (penulis buku), yang mengatakan bahwa dia merindukan hari-hari ketika dia mendengar Al-Qur’an dibacakan selama Ramadhan di Mesir. Dia mengatakan, “Saya sebenarnya tidak memiliki akses untuk mendengarkan Al-Qur’an, dan karena itu saya tidak tahu apa pengalaman yang mengharukan itu. Selain itu, tanpa pengetahuan bahasa Arab, kesan terjemahan bahasa Inggris tidak mungkin seperti terjemahan bahasa Arab aslinya. Namun, saya harus membahas keajaiban itu di sini, meski singkat, karena ini benar-benar salah satu aspek Qur’an yang paling menakjubkan.

Sekali lagi, secara tradisional, cendekiawan Muslim telah menganggap keajaiban linguistik Al-Qur’an mungkin sebagai aspek mukjizat yang paling penting dari Al-Qur’an. Qur’an jelas memiliki pengaruh paling besar pada masa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Orang-orang Arab sangat bangga dengan bahasa mereka. Kata-kata yang mereka gunakan untuk orang asing, pada dasarnya sering terasa kurang jelas dalam hal bercakap-cakap.

Sebelum Al-Qur’an (diturunkan), mereka biasanya mengadakan pameran dan kompetisi untuk melihat siapa di antara mereka yang bisa menghasilkan karya paling indah dalam bahasa Arab. Namun, menurut Abdullah Draz (penulis buku), “ketika Al-Qur’an diturunkan, semua pameran tersebut berakhir, dan pertemuan sastra dihentikan. Mulai sekarang (saat itu), Qur’an adalah satu-satunya ‘karya’ yang menarik perhatian orang. Tak satu pun dari mereka dapat menantang atau bersaing dengannya. Bahkan menyarankan agar satu kata diubah, dipindahkan, ditambahkan, atau dihilangkan dari kalimat di mana kata itu muncul”.

Abdullah Draz juga mengatakan “Namun Al-Qur’an tidak menutup pintu persaingan”. Memang, Qur’an membiarkannya terbuka lebar, menyerukan kepada mereka, secara individu dan kolektif, untuk menerima tantangannya dan menghasilkan sesuatu yang serupa dengannya. Ini (Qur’an) mengulangi tantangan dalam bentuk yang berbeda, mencaci ketidakmampuan mereka untuk melakukannya, dan mengurangi tugas untuk mereka dari waktu ke waktu”.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *