Berkaca-kaca, Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Berdusta karena Gibran Maju Cawapres

Berkaca-kaca, Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Berdusta karena Gibran Maju Cawapres (tangkapan layar Rossi/Kompastv)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.co.id — Budayawan yang juga pendiri Majalah Tempo, Goenawan Mohamad, menyebut bahwa Presiden Joko Widodo berdusta terkait proses pencalonan putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka sebagai bakal calon wakil presiden (cawapres).

Hal tersebut diungkapkannya berdasarkan pengalaman dari rekannya, yakni Erry Riyana Hardjapamekas yang sempat bertemu Presiden Jokowi sebelum Mahkamah Konstitusi (MK) membuat putusan yang akhirnya memuluskan jalan Gibran sebagai bakal cawapres.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Menurut pria yang karib disapa GM tersebut, saat itu Erry Riyana berbicara dengan Jokowi soal kemungkinan putusan MK.

Ketika itu, Jokowi disebut sempat menanyakan apa yang harus dilakukan terkait putusan MK tersebut.

Lantaran saat itu MK belum membacakan putusan, Erry memberi saran agar Presiden Jokowi meminta Gibran tidak usah maju sebagai bakal cawapres.

“Pak Jokowi ini tanya, ‘Saya harus kerjakan apa?’ Gembira kan Erry karena (Jokowi dianggap) mendengar (keresahan masyarakat),” kata Goenawan menceritakan pengalaman Erry Riyana di acara Rosi yang bertajuk “Rakyat Percaya Siapa: Jokowi, Ketua MK atau Gibran” yang tayang di Kompas TV, Kamis (2/11/2023) malam.

“Kata Erry, ‘Gini aja Pak, kalau nanti MK sudah memutuskan atau akan memutuskan bahwa Gibran lolos, Bapak beritahu Gibran jangan maju, kamu kembali aja ke Solo dan tetap kembali ke PDI-P’,” ujarnya melanjutkan.

Saat itu, Goenawan Mohamad mengungkapkan, Presiden Jokowi memberi respons yang positif terhadap saran dari Erry Riyana.

Bahkan, Jokowi dikatakan meminta agar saran Erry Riyana itu dicatat oleh Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno.

Berdasarkan sikap Jokowi ketika itu, ia mengatakan, Erry Riyana merasa lega karena sarannya didengar dan akan ditindaklanjuti oleh Presiden.

Namun, kemudian hingga saat ini tidak ada tindak-lanjut dari Presiden Jokowi terkait saran dari Erry.

“Setelah itu, tidak ada pernyataan soal itu. Karena itu dusta ya,” kata Goenawan.

“Lalu, siapa yang bisa kita percaya. KPK tidak bisa dipercaya lagi. MK tidak bisa dipercaya lagi. Presiden yang kita sayangi tidak bisa dipercaya lagi. Lalu siapa? Itu krisis yang serius,” ujarnya melanjutkan.

Pendiri Komunitas Salihara itu pun menilai ada potensi krisis yang lebih serius jika nantinya terjadi konflik di pemilihan umum (Pemilu) 2024, sementara tidak ada wasit yang dapat dipercaya.

“Sekarang bisa kah kita percaya kepada wasit yang dipercaya pemerintah? Kalau enggak ada wasit, (permainan) sepak bola saja bertengkar, apalagi ini,” katanya.

“Apakah itu tidak merusak? Tidak menyebabkan generasi muda yang ingin berpolitik mengatakan bahwa politik itu tipu menipu, bukan pengabdian,” ujar Goenawan lagi.

Teteskan air mata karena kecewa Dalam program Rosi itu, Goenawan juga mengungkapkan kekecewaannya terhadap sikap Presiden Jokowi yang dinilai ingin memperpanjang kekuasaannya lewat Gibran Rakabuming Raka.

Bahkan, Goenawan yang sebelumnya dikenal sebagai pendukung Jokowi tersebut menitikkan air mata ketika menceritakan keresahan hatinya.

Mula-mula, pembawa acara Rosiana Silalahi menanyakan bagaimana suasana hati Goenawan sat menuliskan surat kekecewaan atas sikap Jokowi.

Goenawan lantas menyatakan bahwa dirinya merasa sangat berat.

“Ya sangat berat. Berat sekali. Bukan karena saya memuja Jokowi. Karena mengharapkan sebenarnya Indonesia punya pemimpin yang bisa diandalkan kata-katanya,” kata Goenawan.

Ia  kemudian menceritakan bahwa Indonesia banyak sekali mengalami trauma sejak 1965 hingga setelah reformasi.

Trauma karena pergantian kekuasaan yang berdarah, perlawanan terhadap rezim Orde Baru, penculikan aktivis, kerusuhan rasial hingga kekerasan terhadap minoritas.

“Itu kan banyak sekali trauma. Kan perlu suatu dasar kepercayaan bersama. Jangan lagi terulang (trauma),” ujar Goenawan Mohamad.

“Jadi, ketika itu Pak Jokowi enggak bisa saya pegang lagi dan saya tidak melihat ada pemimpin lain, dan saya sampai sekarang belum lihat, saya sedih. Saya sedih lho,” katanya lagi Goenawan lantas melanjutkan kalimatnya.

Namun, saat itu, matanya tampak berkaca-kaca.

Pria 82 tahun itu mengungkapkan, sejak kecil dirinya diminta untuk menanamkan harapan terhadap Tanah Air Indonesia.

Menurutnya, menjadi orang Indonesia bukan hanya sekedar nasib, melainkan juga membawa amanah bagi keselamatan bangsa.

“Saya ini dari kecil disuruh berharap, Tanah Air kan itu nasib ya, tapi juga amanah. Nasib kita kan tidak bisa kita merasa. Kita tidak ditakdirkan menjadi orang Manchuria, (tapi) orang Indonesia,” kata Goenawan.

“Bukan permintaan kita (jadi orang Indonesia). Bukan memilih, tapi juga amanah. Karena begitu di tengah (perjalan kehidupan) kita harus membikin (bangsa) kita selamat,” ujarnya sambil masih berkaca-kaca.

Tampak di sudut matanya, air mata menggenang. Goenawan pun sempat terdiam. Meskipun sedih dan kecewa, Goenawan Mohamad mengatakan, masih ada harapan yang bisa diciptakan.

sumber

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *