Kultum 259: Mengapa Tuhan Kata Gantinya ‘Huwa’

Mengapa Tuhan Kata Gantinya ‘Huwa’
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Ada dua alasan setidaknya mengapa kata ganti Tuhan dalam al-Qur’an selalu maskulin. Pertama adalah karena tradisi. Penggunaan bentuk mudzakkar pada kata ganti Tuhan semata-mata mengikuti tradisi ba­hasa Arab yang memang selalu menggunakan kata ganti mudzakkar dalam merujuk Tuhan.

Dhamir ghaib (kata ganti orang ketiga) dalam kaidah bahasa Arab selain ‘huwa’ ada ‘huma’, ‘hum’, ‘hiya’, ‘hunna’, dan yang menunjukkan ‘jumlah yang satu’ hanya ‘huwa’ dan ‘hiya’ saja. Jika kata ganti untuk Allah digunakan selain kedua kata ganti itu, jelas tidak masuk akal karena Allah selalu menegaskan sifat ke-Esa-anNya dalam kitab suci.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Lebih jauh lagi, sejak dahulu kala, orang Arab selalu menggunakan kata ganti maskulin ‘huwa’ untuk kata ‘Allah’ Tuhan semesta alam. Maka selain sudah menjadi naluri bahasa, itu sudah jadi naluri akal sehat mereka bahwa untuk ‘Tuhan’ lebih tepat digunakan kata ganti ‘huwa’ dan bukan hiya. Jika untuk kata ganti Allah digunakan dhamir ‘hiya’, maka bukan saja akan membingungkan secara gramatikal Arab tapi juga secara naluri akal sehat mereka.

Selain itu, kalau kita mengacu pada tulisan Allah sendiri (اَللهُ), ia secara otomatis akan mengacu pada isim mudzakkar karena tidak diakhiri dengan ta’ marbutoh atau ‘alif dan ta’.

Alasan tersebut secara tersirat menjelaskan bahwa selain memperhatikan kondisi sosial-budaya, Allah, Yang Menurunkan Al-Qur’an, juga memperhatikan kaidah kebahasaan masyarakat di mana al-Qur’an diturunkan. Sungguh dalam hal ini telah tersirat nilai-nilai kontekstual dalam beragama melalui pemilihan kata ganti ini. Maka tidak heran jika di dalam muamalah kita selaku Muslim Indonesia akan sedikit berbeda dengan daerah asal turunnya Al-Qur’an karena perbedaan kultur sosial budaya. Wallahu a’lam bisshawab.

Semoga sedikit yang kita baca ini bermanfaat bagi kita semua, dan kalau sekiranya bisa memberi manfaat bagi yang lain, mari kita share kultum ini kepada sanak saudara dan handai taulan serta sahabat semuanya, semoga menjadi jariyah kita semua, aamiin.

اَلْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Sumber : Ahmad Idris Adh.                                                —ooOoo—

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *