Bahkan Seorang Goenawan Mohamad Pun Merasa Dibohongi

Goenawan Mohamad Pun Merasa Dibohongi
Goenawan Mohamad
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh Yarifai Mappeaty

Hajinews.co.idGoenawan Mohamad, siapa yang tak kenal? Beragam label telah disematkan kepadanya. Mulai dari aktifis, penulis handal, budayawan, sastrawan, bahkan kadang ada yang menyebutnya sebagai filsuf. Semua itu menunjukkan jikalau ia memang seorang pesohor.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Pada era 1980-an, GM, begitu ia kerap disebut, melalui “Catatan Pinggir-nya” di Majalah Tempo, adalah salah satu yang menginspirasi gerakan mahasiswa menentang Soeharto dan Orde Baru. Karena itu, saya menjulukinya sebagai si Caping Tunggal. Julukan itu diinspirasi oleh Saur Sepuh milik Niki Kosasih, yang juga amat popular di masa itu. Maklum, penggemar Saur Sepuh.

Jujur, saya sangat gandrung pada GM dengan Capingnya. Dan, salah satu hasrat terbesarku saat itu, adalah bertemu dengannya. Bayangkan, sangking gandrungnya, kapan dan di mana pun menemukan Majalah Tempo, saya harus berhasil meminjamnya barang sebentar, dan berusaha memfotokopi lembaran terakhirnya.

Bahkan tidak hanya itu. Suatu waktu di Jakarta pada 1990, saya pernah memasukkan sebuah buku ke dalam ranselku tanpa seizin pemiliknya. Buku itu adalah Catatan Pinggir Jilid 2. Masih baru. Bahkan mungkin pemiliknya belum sempat membacanya. Saya sadar kalau itu salah, tetapi memilikinya, ada kebanggaan yang jauh lebih besar.

Berpuluh tahun kemudian, hasrat bertemu dengannya kesampaian juga di Cikini pada suatu siang di 2019. Kala itu, saya menghadiri diskusi filsafat di mana GM adalah salah satu pembicara kunci. Namun, setelah menyimaknya, saya bukannya suka, tapi malah merasa aneh. Sebab GM yang saya temui saat itu, sama sekali berbeda dengan si Caping Tunggal yang tertinggal di benakku.

Bagiku, Caping Tunggal adalah sosok kritis yang konsisten menjaga jarak dengan kekuasaan. Sedangkan GM yang berbicara di hadapanku, adalah sosok pembela rezim (Jokowi). “Kok, bisa berubah seperti ini?” batinku.

Menurut penilaianku, pendiri Majalah Tempo itu, memang sudah berubah. Ia rupanya telah pensiun dari oposisi kritis dan memilih menjadi pecinta Jokowi. Sehingga tak heran jika selama ini tak terdengar suara kritisnya terhadap sejumlah kebijakan Jokowi yang dinilai tidak pro-rakyat. Termasuk upaya pelemahan KPK yang terjadi pada 2018 Lalu.

Merasa tak betah, saya kemudian meninggalkan acara itu sebelum usai. Semenjak itu, saya pun tak lagi punya hasrat mendengar tentangnya. Namun dari belakang, GM seolah berteriak padaku, “Hei bung, sungguh tak mudah menempuh jalan sunyi.”

Tetapi yang namanya pesohor, biar pun hanya batuk kecil, tetap saja terdengar, dan sulit bagiku untuk menepisnya. Hingga beberapa hari lalu di acara Rosi di Kompas TV, Mas Goen, begitu ia disapa, kembali mengalami “batuk”, tapi kali ini, ia benar-benar batuk sungguhan sampai matanya berkaca-kaca.

Pada akhirnya, Goenawan Mohammad tak bisa lagi menutup mata atas prilaku Jokowi yang dinilai makin maruk kekuasaan. Di Rosi, ia tumpahkan segala kekecewaannya karena merasa dibohongi Jokowi yang memaksakan putra sulungnya menjadi Cawapres Prabowo.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *