Prihatin Sampai Nangis, Istri Cak Nur: Tanpa Rasa Malu Nepotisme Kekuasaan Dipertontonkan ke Depan Rakyat

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.co.id – Omi Komariah Madjid meluapkan isi hatinya saat bertemu KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus di Leteh, Rembang, Jawa Tengah, Minggu (12/11/2023). Istri mendiang cendekiawan Nurcholish Madjid atau Cak Nur itu menangis ke Gus Mus karena tak kuasa melihat adanya nepotisme kekuasaan yang dipertontonkan di depan masyarakat.

Omi mengaku prihatin dengan kondisi tersebut. Sebabnya, tidak ada rasa malu atau pun salah yang dipikirkan oleh pelaku nepotisme kekuasaan.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Sangat memperihatinkan sekali bahkan nepotisme kekuasaan, Anda lihat sendiri ditunjukan, dipertontonkan kepada kita semua secara terbuka tanpa rasa malu dan rasa salah sama sekali,” kata Omi dalam konferensi pers dilansir dari laman Suara.com melalui YouTube YouthTV Indonesia, Minggu (12/11/2023).

“Itu yang tadi saya nangis ke Gus Mus,” sambungnya.

Air mata Omi jatuh karena mengingat bagaimana bangsa Indonesia susah payah menumbangkan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) pada 1998. Reformasi menjadi bukti rakyat Indonesia memiliki tujuan baik demi kelangsungan negara.

Namun sayangnya, ia melihat semangat Reformasi itu tidak ditunaikan secara sungguh-sungguh.

Seiring berjalannya waktu, KKN justru terus menjalar bahkan menggurita. Omi berpikir, negara itu menjadi wadah pengabdian untuk rakyat.

Tetapi, itu malah nihil karena tertutup dengan budaya KKN.

“Justru negara malah sudah diselewengkan jauh sebagai ajang korupsi, kolusi dan nepotisme,” ucapnya.

Omi juga kebingungan, ketika berbagai elemen masyarakat kerap menggelar diskusi untuk mengingatkan bahayanya KKN untuk keberlangsungan negara. Tetapi, di tengah semangatnya masyarakat itu, penguasa malah melakukannya.

“Ada apa ini? Ke mana, hati nurani pemimpin kita itu?” ungkapnya.

Ia pun menyimpulkan kalau hati nurani penguasa sudah tertutup oleh ganasnya kekuasaan.

“Jadi nafsu artinya kekuasaan itu menjadikan orang tertutup hati nuraninya,” ucapnya.

Meski demikian, Omi mengingat pesan dari mendiang suaminya untuk tidak boleh menyerah begitu saja. Hal yang bisa dilakukan oleh masyarakat ialah terus menyuarakan ketidakadilan.

Ia juga mengaku masih menaruh harapan kepada masyarakat yang juga melihat nepotisme kekuasaan untuk sama-sama menyampaikan suaranya.

“Saya masih menaruh harapan dan optimisme kepada teman-teman kepada Anda-Anda sekalian, kepada rakyat Indonesia mari lah kita bersuara untuk mengawal kemajuan masyarakat Indonesia mencapai tujuannya sebagaimana adalah ditetapkan oleh para pendiri bangsa,” tuturnya.

 

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *