Akhir Kepemimpinan Jokowi: Mendarat Mulus Atau ‘Crash Landing’?

Akhir Kepemimpinan Jokowi
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: DSY

Hajinews.co.id – Dengan sekian banyak sengkarut, noda dan polah lancung yang terbongkar, tampaknya akan sukar bagi Presiden Joko Widodo mengakhiri kepemimpinannya dengan husnul khatimah. Meski demikian, akankah ‘pesawat kepemimpinan’ Jokowi berhasil mengelak turbulensi hak angket DPR dan mendarat mulus, atau justru mengalami çrash landing?

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Jumat (8/11) lalu, bukan hanya kalangan di luar civitas akademika, para mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) pun sebentar terkesiap saat memasuki pintu masuk. Di lokasi yang sering disebut warga Kampus Biru sebagai area Bundaran UGM itu tegak sebuah baliho berukuran sekitar tiga kali empat meter. Pada baliho besar itu terpampang foto Presiden Jokowi sebatas perut. Yang membuat orang terhenyak, tak hanya foto wajah Presiden yang ‘dibelah’ dua penutup kepala dan jas yang berbeda, yakni caping dan mahkota, dan jas resmi serta jaket almamater UGM. Ada tulisan besar terpampang di sana : “Penyerahan Nominasi Alumnus UGM Paling Memalukan  Mr Joko Widodo”.

Hari itu, Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) Universitas Gadjah Mada memang menggelar diskusi publik dan mimbar bebas bertajuk “Rezim Monarki Sang Alumni: Amblesnya Demokrasi, Ambruknya Konstitusi, dan Kokohnya Politik Dinasti”. Hadir dalam diskusi tersebut aktivis Hak Asasi Manusia, Fatia Maulidyanti, mantan Ketua Kontras, Haris Azhar, serta pegiat anti-korupsi sekaligus peneliti Hukum Tata Negara, Zainal Arifin Mochtar. Seolah memuncaki acara, BEM KM UGM kemudian memanggil seorang mahasiswa yang mengenakan topeng laiknya Jokowi. Kepadanya diserahkan selembar kertas bertuliskan “Sertifikat, diberikan kepada IR.H. Joko Widodo sebagai Alumnus UGM Paling Memalukan”. Sertifikat itu diberikan dan ditandatangani Ketua BEM KM UGM,  Gielbran Muhammad Noor.

“Sertifikat ini akan kami kirimkan langsung ke beliau (Jokowi), tapi lewat pos saja. Kita malas, di (Istana Negara) sana  banyak tikus,” kata Gielbran. Mahasiswa Fakultas Peternakan itu bilang, pengiriman sertifikat itu pun akan dibarengi dokumen Maklumat Bulak Sumur, merujuk alamat kampus UGM di Yogya. “Ada tiga poin dalam Maklumat Bulak Sumur,”kata Gielbran. “Pertama, menuntut iklim demokrasi yang demokratis; kedua, Konstitusi yang tidak diotak-atik tanpa otak; ketiga, mencabut semua kebijakan yang tidak sesuai kehendak rakyat, termasuk Undang Undang Cipta Kerja dan UU Kesehatan.”

Jika ulah para mahasiswa UGM dengan baliho mereka Jumat lalu itu bisa disebut “happening art”, maka mahasiswa Universitas Indonesia (UI) pun punya cara sendiri untuk melontarkan kritik. Lewat seni pertunjukan, Teater Sastra UI pada Kamis (14/12) mendatang rencananya akan mementaskan lakon “Komedi Lurah Koplak : Lingsir, Lungsur, Longsor”. Belum jelas apa yang akan tergelar di pentas nanti. Tetapi mengingat para pemainnya adalah kalangan mahasiswa yang kritis, dengan kondisi negara yang tidak “baik-baik saja” ini besar kemungkinan cerita yang diangkat adalah kisah satir penuh kritik sosial.

Tak hendak ketinggalan oleh adik—malah mungkin anak-anak—mereka, sehari setelah gelaran BEM KM UGM, di Jakarta para tokoh masyarakat, budayawan, akademisi, rohaniwan dan ulama, professional, musisi dan para seniman, bahkan ada yang menuliskan diri sebagai “umum”, bergabung menggelar acara “Bongkar: Panggung Rakyat 2023”. Tidak hanya mengisi acara dengan penampilan seni penuh kritik, kalangan yang menggabungkan diri sebagai Aliansi Selamatkan Demokrasi Indonesia (ASDI) itu menyerukan enam tuntutan. Dua di antaranya, “Negara harus memulihkan hak masyarakat dan menghentikan represi aparat…”, serta “Negara harus memulihkan penegakan hukum atas korupsi, pelanggaran berat hak asasi, dan kejahatan ekologis yang merusak bumi dan merenggut hak-hak generasi mendatang.”

Banyak di antara pegiat ASDI dikenal publik sebagai pendukung Presiden Jokowi di masa lalu. Di antara mereka terdapat Goenawan Mohamad, Butet Kertaredjasa, penyanyi Once Mekel, hingga seniman kontroversial seperti Young Lex. Hadir pula akademisi terkemuka cum aktivis, Arianto Sangaji, datang jauh-jauh dari kediamannya di Kota Palu.

Tuntutan pemakzulan

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *