Dinasti Sultan versus Dinasti Jokowi

Dinasti Sultan versus Dinasti Jokowi
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Syahganda Nainggolan, Sabang Merauke Circle

Hajinews.co.id – Sultan Hamengkubuwono Ngayogyakarta membantah berita-berita yang mengatakan Sekjend PSI (Partai Solidaritas Indonesia) telah meminta maaf padanya beberapa hari lalu dalam pertemuan mereka terkait “hinaan” Ade Armando atas politik Dinasti Sultan.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Sebab, Sultan ketika bertemu Raja Juli Antoni bukanlah sebagai seorang “Raja” atau seorang pimpinan parpol PSI, melainkan sebagai wakil Menteri ATR, yang bermaksud menyerahkan sertifikat tanah-tanah Kesultanan Yogyakarta.

Pernyataan Ade Armando soal dinasti politik di Yogyakarta dalam mengejek balasan terhadap BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) UI, UGM, dll. yang mempersoalkan isu dinasti politik Jokowi, sekarang menjadi polemik besar. Sebab, pernyataan Ade ini mengganggu stabilitas nasional. Kenapa?

Karena sejarah kebangsaan kita telah menempatkan Yogyakarta sebagai kekhususan khas dalam bingkai NKRI. Yogyakarta dianggap sebagai satu-satunya kerajaan yang melawan penjajahan Belanda baik untuk era perjuangan kemerdekaan, maupun sebelumnya, diera Kerajaan Mataram tahun 1700an. Bahkan, ketika terjadi agresi Belanda dan Sekutu di awal kemerdekaan Indonesia, 1946-1948, Yogyakarta satu-satunya tempat perlindungan pemerintahan RI yang terpaksa kabur dari Batavia.

Terlebih lagi, isu yang dilontarkan Ade sangat sensitif ketika regenerasi kesultanan sedang atau akan berlangsung. Pembicaraan-pembicaraan apakah sultan yang bergelar Khalifatullah dapat diwariskan kepada anaknya yang perempuan atau kepada adiknya yang lelaki, masih ditutupi mereka. Meski pembicaraan ini telah berlangsung atau selesai beberapa tahun lalu, gegara Ade Armando, isu ini bisa muncul kembali.

Sultan Hamengkubuwono adalah Sultan yang dikenal simbol kearifan dan tertua yang masih hidup di Indonesia. Pada tahun 1998, ketika reformasi terjadi, semua kelompok perjuangan, khususnya oposisi, seperti Amin Rais, Gus Dur dan Megawati berkeyakinan bahwa pengambil alihan kekuasaan dari Suharto tidak akan mulus jika Sultan tidak dilibatkan. Olehkarenanya, kala itu, semua aktifitas politik anti Suharto selalu menghadirkan Sri Sultan. Dan memang, kehadiran sultan diakui sebagai penggenap upaya klaim sebuah politik kebangsaan, kenegarawanan dan keberlanjutan NKRI. Reformasi berlangsung mulus.

Apa maksud Ade Armando menyerang Sri Sultan dan Kesultanan?

Dalam prasangka baik, sebagai dosen dan intelektual, tentu bisa jadi Ade melakukan “judgement” ilmiah. Namun, tentu saja ini kekurangan Ade yang kurang melihat bahwa orang-orang sudah melihat dia bukan lagi bagian masyarakat ilmiah. Ade sudah dianggap politikus.

Sebagai politikus apa maksud Ade? Bisa jadi Ade memang sengaja menyerang sultan. Menyerang Sultan dapat saja bermakna bahwa 1) bahwa esensi dinasti Jokowi yang dituduhkan mahasiswa sebenarnya sah-sah saja keberadaannya di Indonesia. Merujuk pada Sultan Yogyakarta yang masih eksis.

2) Ade sedang menggugat eksistensi kesultanan di Indonesia. Kenapa? Karena seharusnya kesultanan yang diakui kekhususannya bukan hanya Yogyakarta awalnya, namun juga Kesunanan Mataram Surakarta Hadiningrat. Karena keduanya mengakui pendirian Republik Indonesia. Atau sebaliknya memang Ade ingin mendekontruksi soal NKRI saat ini dalam sebuah diskursus panjang ke depan.

3) Ade bisa saja sedang ikut campur dalam politik Kesultanan Yogyakarta yang segera akan diwariskan pada anaknya.

Dari ketiga hal ini hanya Ade yang mampu berterus terang.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *