Debat Capres: Catatan Kecil

Debat Capres perdana
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Kiranya, model debat capres tersebut sungguh lucu jika tetap membiarkan konsep menegasikan peran panelis. Hanya itu yang lucu? Masih ada lagi. Kita saksikan bersama, sebelum memulai debat capres, Ketua KPU menyampaikan doa. Agar lancar acaranya. Baik. Tapi, yang lucu adalah Ketua KPU yang notabene alumni pesantren, yang pasti hafal sejumlah narasi doa berbahasa Arab, apalagi bahasa Indonesia. Yang kita saksikan, format ajakan berdoa dengan model renungan. “Mari kita berdoa sembari merenung, mulai….”. Salahkah model doa itu? Tidak.

Tapi, format doa model renungan tampak punya tujuan yang sangat asasi. Yaitu, jika sang Ketua KPU berdoa dengan lafadz tersuarakan, pasti dan pasti akan dijawab dengan “aamiin”. Kata “aamiin” jelaslah merupakan responsi positif atas permohonan yang dipanjatkan pendoa. Bukan, yang dimaksud pasangan Anies-Muhaimin (AMIN). Tapi, untuk mencegah atau bahkan menghindari diksi AMIN, maka model doanya dengan “merenung”.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Proporsional memang, tapi menjadi lucu secara kultural. Bahkan, menjadi persoalan tersendiri dalam pandangan agamis. Sebab, jawaban “aamiin” – dalam perspektif agamis – punya daya magnetik dan menguatkan doa yang dipanjatkan. Ada dimensi ilahiah. Allah mendengarkan doa yang dipanjatkan, apalagi diperkuat para pendengarnya dalam kata “aamiin”. Mengapa kata “aamiin” menjadi diksi yang ditabukan? Apakah sebuah doa yang dipanjatkan tidak mengharapkan responsi positif Allah?

Maka, kita dapat mencatat, tak sedikit elemen yang alergis untuk menyebut kata “aamiin”. Pandangan sempit. Bahwa kata “AMIN” memang dijadikan lebel singkatan paslon No. Urut 1, itu karena memang memudahkan penyebutan pasangan Anies-Muhaimin. Hal ini tak elok diperbenturan apalagi dihindari dalam setiap kita berdoa, apalagi mengajak publik. Kata “aamiin” yang bermakna menyetui (mengiyakan) saat orang lain berdoa, adalah landasan agamis yang memang dianjurkan. Malaikat pun menyambut dengan kata “aamiin” saat hamba soleh-solehahnya berdoa.

Sementara, kata “AMIN”, singkatan Anies-Muhaiman itu diksi kata politik yang disimplifikasi. Mempermudah pengucapan. Jadi, dewasalah. Jangan alergi, yang membuatnya tidak berkah. Padahal, kita semua memerpukan Allah Yang Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan.

Bekasi, 15 Desember 2024
Penulis: analis politik

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *