Isi Kepala Gus Dur Dengan Dark Jokes-nya: Dari Bra Yahudi Hingga Nyi Roro Kidul Yang Berhijab

Isi Kepala Gus Dur Dengan Dark Jokes
Gus Dur
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



“Waduh, sayang sekali padahal itu daging paling enak sedunia,” timpal Gus Dur seolah meng-ulti Romo Mangun dan mengubah skor menjadi 1-1.

Sayangnya, jika lelucon ini muncul hari ini, sudah pasti ia akan viral dan penuh kontroversi. Sebab, lelucon pinggir jurang ini terlalu sensitif, melecehkan perempuan, ataupun tidak peka terhadap keyakinan orang lain.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Nyi Roro Kidul berhijab

Dark jokes lain yang tak kalah gelap adalah kala sang Presiden RI ke-4 ini menjawab pertanyaan mengenai penyebab gempa bumi.

Kala itu, Gus Dur berkunjung ke Yogyakarta yang baru saja kena bencana alam gempa bumi. Kemudian, seorang wartawan pun mendatangi Gus Dur dan bertanya mengenai penyebab gempa bumi.

Merasa di luar kapasitasnya dalam menjawab pertanyaan tersebut, Gus Dur menjawabnya dengan kalimat nyeleneh tapi sangat sarkastik.

“Itu karena Nyi Roro Kidul marah karena dipaksa pakai jilbab,” kata Gus Dur seperti dikutip NU Online.

Konon, kalimat itu sebenarnya adalah sindiran Bapak Pluralisme ini pada kelompok umat Islam di Indonesia yang memaksakan peraturan daerah (Perda) syariat Islam, khususnya penggunaan hijab.

Dark jokes Gus Dur yang tepi jurang, tapi penuh dengan nilai

Meski terkesan sangat insensitif, penuh kontroversi, dan bahkan–dalam bahasa hari ini–”menistakan”, dark jokes adalah cara Gus Dur untuk menyampaikan nilai-nilai tertentu.

Misalnya, Rektor Institut Agama Islam al-Falah Assunniyyah Jember, Rijal Mumazziq Z., pernah membedah bahwa dark jokes Gus Dur setidaknya bisa dipandang melalui beberapa aspek.

Pertama, kata Rijal, Gus Dur melesatkan humornya dalam suasana keakraban, kedekatan, dan kasih sayang sesama pemeluk agama, bukan atas dasar kebencian, fasisme dan rasialisme.

“Narasinya pas, sentuhannya tepat, dan dilontarkan dalam suasana dan momen yang pas. Dalam istilah Jawa, tahu empan-papan. Paham situasi dan kondisi,” kata Rijal.

Hal ini nyambung dengan aspek kedua, yakni Gus Dur itu paham psikologi massa.

Kata Rijal, “Gus Dur bisa membawakan humor dalam suasana maupun komunikasi komunal dengan teknik dan pilihan guyonan yang berbeda.”

Misalnya, ia mencontohkan, saat berceramah di audiens yang berbeda, sebut saja di hadapan ibu-ibu nahdliyyat desa, atau di pengajian umum, maupun di acara seminar, pilihan humor Gus Dur tidak sama. Artinya, ada saat, tempat, teknik, maupun guyon yang tepat. Tak bisa sembarangan.

Hal ini pun semakin menunjukkan bahwa dark jokes merupakan guyon internal yang tak bisa sembarang orang ungkapkan. Harus ada waktu dan tempat yang pas. Salah-salah malah akan dianggap melecehkan.

Sementara aspek ketiga, lanjut Rijal, dark jokes Gus Dur terlontar dalam rangka otokritik. Artinya, ia sedang mengkritik diri sendiri, mengkritik golongan sendiri, dan bukannya melecehkan kelompok lain.

“Otokritik ini sangat penting, termasuk untuk kehidupan beragama, agar tidak sombong dan merasa benar.”

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *