Pasangan Amin dan Strategi ‘Devide et Empire’

Pasangan Amin dan Strategi ‘Devide et Empire’
Pasangan Amin
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Shamsi Ali

Hajinews.co.id – Dalam beberapa kesempatan saya sering sampaikan bahwa takdir Allah menyatukan Anies Rasyid Baswedan dan Muhaimin Iskandar bukan sekedar memiliki nilai politis yang penting. Bukan sekedar menggagalkan upaya “penggagalan” pencalonan ARB pada pilpres yang memang aromanya telah sedemikian lama kita cium. Upaya demi upaya itu telah kita cium bahkan jauh sebelum memasuki musim pilpres kali ini.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Tapi lebih dari itu takdir Allah menyandingkan Amin (Anies-Muhaimin) memiliki nilai yang lebih besar, baik bagi bangsa dan negara, terlebih khusus lagi bagi umat Islam Indonesia yang menjadi segmen terbesar dari bangsa ini. Saya sering mengatakan bahwa takdir Ilahi ini menjadi jalan keberkahan dan kebaikan bagi umat Islam terbesar dunia di bumi Nusantara.

Kita semua sadar bahwa sejak lama umat Islam Indonesia mengalami blokade untuk bangkit dan maju. Berbagai upaya dilakukan untuk mengahalangi umat untuk ini memainkan peranan besarnya demi memajukan diri dan bangsanya. Salah satu blokade yang selama ini terjadi adalah dalam bentuk “devide at empire” atau “upaya pemecah belahan” antar kelompok umat agar selalu berada pada posisi yang termarjinalkan.

Itulah yang terasa dengan sangat jelas dalam segala aspek kehidupan bernegara. Terkhusus lagi pada aspek politik dan ekonomi umat, yang kemudian berdampak pada aspek hukum, pendidikan, dan lainnya.

Selama ini upaya pemecah belahan itu paling terasa di antara segmen terbesar umat, kalangan Nahdhiyin, kelompok yang diposisikan seolah berhadapan dengan kelompok-kelompok keumatan yang lain. Tidak saja kelompok lain. Bahkan beberapa individu yang dianggap memiliki pengikut di masyarakat diposisikan seolah kontra dengan warga Nahdhiyin. Padahal individu-individu itu secara Fiqh (paham) keagamaan memiliki manhaj yang sama dengan kaum Nahdhiyin.

Bahkan di kalangan Partai yang berafiliasi keumatan, ambillah PKS sebagai contoh, sangat diidentikkan sebagai antitesis Nahdhiyin. Padahal para pembesar PKS begitu banyak yang justeru dari kalangan Nahdhiyin. Saat ini misalnya, dari Ketua Majelis Syura, Presiden, hingga ke tokoh-tokoh kunci banyak yang secara Fiqh keagamaan berafiliasi dengan Nahdhiyah. Akan tetapi upaya “devide et empire” itu sangat kental untuk memisahkan antara PKS dan PKB dan Nahdhiyin secara umum. Sehingga selama ini tumbuh persepsi jika PKS adalah Partai wahabi yang konotasinya kontras dengan manhaj Nahdhiyah.

Di sinilah kita sadari bahwa takdir Allah mempertemukan Amin (Anies dan Muhaimin) dalam proses pencalonan ini memiliki nilai besar dalam proses rekonsiliasi dan kesatuan umat. Bagaimanapun juga, berbeda dari Partai yang dilihat berafiliasi dengan Muhammadiyah, PKB sangat disadari dan diakui oleh warga Nahdhiyin sebagai Partai berafiliasi Nahdhiyah. PKB tidak bisa dipisahkan dari ruh kyai-kyai besar NU (dikenal Kyai Langitan) yang membersamai Gus Dur mendirikan Partai ketika itu.

Maka dengan segala kekurangannya yang ada, termasuk karena perbedaan bahkan perpecahan dengan keluarga Gus Dur (saat ini diwakili secara formal oleh Yeni Wahid), PKB masih dianggap sebagai Partai grass root dan Partai kyai-kyai Nahdhiyin. Bahkan walaupun beberapa petinggi PKB maju dalam pencalonan di daerah tertentu bukan dengan dukungan PKB, Khofifah di Jatim misalnya, tetap tidak bisa dipisahkan dari warna Nahdhiyah.

Di sisi lain, minimal lima tahun terakhir sejak terpilihnya menjadi Gubernur Jakarta, Anies dipersepsikan sebagai politisi yang dipromosikan oleh kelompok kanan, yang biasa dilabel dengan Islam garis keras bahkan Islam fundamentalis (condong ke radikalis). Apalagi pencalonan Anies di Jakarta dikomandoi oleh PKS, yang kemudian didukung oleh Gerindra setelah Sandiaga Uno yang awalnya dicalonkan oleh Gerindra sadar akan realita dan rela menjadi orang kedua. Jadilah Anies sebagai calon dari PKS dengan dukungan Gerindra. Jadi sesungguhnya Anies tidak dicalonkan oleh Partai Gerindra seperti hang diakui Prabowo di debat lalu.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *