Survei Bloomberg dan Tren Positif Elektabilitas Anies

Tren Positif Elektabilitas Anies
Anies baswedan
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hanya saja, entah di ujung atau di tengah depth interview itu, Bloomberg kemudian memberikan pertanyaan kunci : siapa di antara tiga Paslon yang dianggap paling kompeten dan cakap untuk menggantikan Jokowi. Sekali lagi, ini sekedar dugaan, karena dalam artikelnya tidak ada penjelasan memadai bagaimana survei itu dilakukan.

Namun demikian, survei itu tetap kredibel karena yang menjadi responden atau narasumbernya adalah pakar-pakar yang kompeten dan memiliki otoritas kepakaran yang tinggi di bidangnya. Dengan begitu hasil survei ini dapat dianggap merupakan penguatan konfirmatif terhadap (atau setidaknya memiliki relevansi yang kuat dengan) tren kenaikan elektabilitas Anies-Cak Imin.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Fenomena “Disruptif” Kampanye Anies

Satu lagi fenomena menarik, yang boleh jadi bersitemali dengan tren kenaikan elektabilitas Anies-Cak Imin adalah terkait kampanye Anies-Cak Imin. Berbeda dengan dua Paslon lawannya, Anies mempromosikan cara baru berkampanye yang terbukti kemudian dinilai efektif. Yakni “Desak Anies” dan “Live di platform media sosial”. 

Live di medsos, Anies memang bukan yang pertama. Ganjar dan Gibran sudah lebih dulu menggunakan media sosial sebagai sarana menyosialisasikan diri kepada publik, terutama dengan target sasaran Gen Z dan kalangan milenial. Belakangan Profesor Mahfud juga melakukan hal yang sama.    

Tetapi berbeda dengan yang lain, Anies melakukannya dengan cara yang lebih natural, terbuka, apa adanya. Dan yang lebih menarik Anies menjadikan media sosial itu sebagai ruang diskusi untuk membahas berbagai isu-isu (dari yang serius dan berat hingga ke persoalan keseharian anak muda) yang dilakukan dengan gaya santai, humanis dan familiar. Viralnya sapaan “Abah Anies” di kalangan Gen Z dan milenial belakangan nampaknya muncul pertama kali dari program live ini.

Sementara “Desak Anies” adalah murni dan otentik merupakan ide Anies dan hanya Anies yang melakukannya sebagai cara berkampanye. Program ini diapresiasi banyak kalangan sebagai model terobosan dalam kampanye, yang selama ini terkesan kelewat formal, kaku, sarat aura rekayasa dan nuansa mobilisasi, serta kurang partisipatif.     

Dalam “Desak Anies” seperti bisa disaksikan dalam tayangan-tayangan di medsos, suasana kegiatan sangat terbuka dan natural. Para peserta yang hadir bukan saja bisa bertanya tentang visi misi dan program. Tetapi juga bisa menyampaikan kritik dengan tajam dan bebas kepada Anies. Janji Anies: Wakanda No More, Indonesia Forever” dibuktikan dengan lugas dalam program berantai di berbagai daerah ini.

Membandingkan dengan model pertemuan terbatas atau kampanye dialogis sebagai bentuk kampanye terbatas tempo dulu, “Desak Anies” (meminjam terma ekonomi dan pasar) telah melahirkan fenomena “disruptif” dalam kampanye Pemilu. Dalam makna yang positif, cara ini berhasil mengganggu, mengacaukan bahkan merobohkan cara-cara lama kampanye yang sarat dengan nuansa rekayasa dan beraroma mobilisasi. 

Dalam konteks demikian, Anies berhasil menciptakan “pasar baru” dalam arena kotestasi Pemilu. Baik dalam pengertian kemasan, manajemen maupun substansi produk yang ditawarkannya melalui inovasi bernama “Desak Anies.”

Terakhir, yang boleh jadi juga bersitemali dengan tren kenaikan elektabilitas Anies-Cak Imin adalah merebaknya fenomena para K-popers yang aktif membantu mengkampanyekan Anies di jejaring media X. Fenomena ini ditriger oleh dua akun yang belakangan menjadi populer setelah insiden penghentian tayangan videotron tanpa alasan yang jelas di Bekas dan Jakarta, yakni Anies Bubble dan Olppaemi Project. 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *