Melawan Pilpres Satu Putaran

Melawan Pilpres Satu Putaran
Capres 2024
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Harus dikatakan survei tak selalu benar. Prediksi 16 lembaga survei pasangan Prabowo-Hatta Rajasa memenangi Pilpres 2014 ternyata salah. Yang menang pasangan Jokowi-JK.

Survei Pilpres 2016 di AS, Hillary Clinton bakal mengalahkan Trump. Ternyata salah. Yang menang Trump. Kenapa? Salah satu faktor ialah jajak pendapat tidak menimbang sampelnya berdasarkan tingkat pendidikan. Pilpres AS 2016 memperlihatkan perbedaan di antara pemilih kulit putih bergelar sarjana, yang umumnya lebih menyukai Harry Clinton, jika dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki gelar sarjana, yang umumnya lebih menyukai Trump.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Contoh klasik survei Pilpres AS 1948. Lembaga jajak pendapat memprediksi Gubernur New York, Thomas Dewey, menang mengalahkan Harry S Truman. Ternyata salah. Truman, petahana, terpilih kembali. Kesalahan prediksi lembaga survei itu diabadikan foto Truman tersenyum seraya menunjukkan headline halaman depan koran Chicago Daily Tribune. Judulnya: ‘Dewey Defeats Truman’.

Berdasarkan prediksi hasil survei, koran Tribune itu yakin benar, Dewey mengalahkan Truman. Karena itu, sebelum muncul hasil penghitungan suara, menghindar dari ancaman mogok buruh percetakan, koran itu buru-buru terbit dengan headline yang ternyata salah. Dua hari setelah pilpres, Truman berkereta api dari Missouri, pulang ke Washington. Kereta api berhenti di St Louis. Truman membeli koran Tribune itu, yang terbit dua hari lalu, yang headline-nya salah. Foto Truman yang menunjukkan halaman depan koran itu kiranya menjadi rekaman dua sejarah, yaitu sejarah prediksi survei yang ternyata salah dan sejarah redaksi surat kabar yang terlalu percaya hasil survei yang ternyata salah.

Survei bisa salah prediksi karena banyak hal. Antara lain, yang pertama, manner pewawancara. Yang kedua metode, apakah melalui telepon atau wawancara tatap muka. Yang ketiga margin of error (dalam %). Pertanyaannya, haruskah kita percaya margin of error? Should we believe margin of error? Demikian pertanyaan David Spiegelhalter, dalam bukunya, The Art of Statistics (Basic Books, New York, 2019:245).

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *