Menggetarkan, Politik Kerelawanan dan Pesan Perubahan Anies Baswedan

Pesan Perubahan Anies Baswedan
Anies Baswedan
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: H. Agus Sutisna, Dosen dan Peneliti FISIP Universitas Muhammadiyah Tangerang, Founder Yayasan Podiumm Pesantren Nurul Madany Cipanas Lebak

Hajinews.co.id – Dahsyat, menggetarkan sekaligus mengharukan. Begitulah suasana kampanye pamungkas Anies-Muhaimin yang baru saja selesai di gelar Jakarta International Stadium (JIS). 

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Dahsyat karena kampanye sebesar dan semeriah ini akhirnya berhasil digelar oleh Paslon paling dhu’afa secara finansial, tanpa sokongan oligarkh maupun kekuasaan. Menggetarkan karena dari aura yang hadir di wajah-wajah peserta, spanduk dan poster-poster, serta tentu saja orasi Anies-Muhaimin dan feedback audiens, semangat perubahan benar-benar menggema, menggelora. 

Dan mengharukan karena peserta kampanye dari berbagai daerah dan sebagiannya pelosok Nusantara datang dengan dasar kesukarelaan. Sebagian sudah datang sejak tadi malam. Mereka hadir tanpa bayaran, tanpa kaos dan topi seragam, hanya atribut-atribut beragam yang dibikin mandiri dengan modal sendiri. Amazing!

Politik Kerelawanan 

Politik kerelawanan atau kesukarelaan, warga hadir dan berpartisipasi secara swadaya dan mandiri dalam jumlah yang masif memang telah menjadi ciri khas Anies-Muhaimin selama fase kampanye. Dan ini boleh jadi merupakan yang pertama dalam sejarah elektoral Indonesia.  

Politik kesukarelaan itu dibangun dan tumbuh melalui acara “Desak Anies” dan “Slepet Imin”. Sebuah model kampanye yang keluar dari pakem dan tradisi kampanye-kampanye Pemilu sebelumnya. Kampanye yang sarat dengan mobilisasi, rekayasa dan uniformitasi.

“Desak Anies” dan “Slepet Imin” telah mengubah demokrasi dari wajah elitis, hierarkis, monologis dan kadang manipulatif, menjadi deliberatif. Demokrasi yang menghadirkan ide dan gagasan dalam pentas perdebatan diskursif yang mencerahkan. Demokrasi yang menghargai kesetaraan suara dan apsirasi setiap pemilik kedaulatan.

Maka terlepas dari apapun hasil Pemilu nanti, saya kira model relasi deliberatif antara kekuasaan dan rakyat ini harus terus dihidupkan dalam setiap proses pengambilan kebijakan. 

Dan jika Anies-Muhaimin yang memperoleh mandat rakyat, model demokrasi deliberatif ini harus menjadi alarm pertama yang diingatkan sekaligus janji yang harus ditagih kepada keduanya. Jangan pernah ada satupun kebijakan yang diproses tanpa rakyat mengetahuinya secara transparan, partisipatif dan akuntabel.

JIS, Simbol Kemandirian 

Bukan hanya suasana kampanye, pesan-pesan perubahan yang disampaikan Anies-Muhaimin di JIS juga menggetarkan. Beberapa pesan diantaranya, baik yang disampaikan Muhaimin yang orasi lebih dulu maupun yang disampaikan Anies dalam orasinya, saya catat berikut ini. 

Mengawali orasinya setelah menyampaikan salam perubahan serta penghormatan dan penghargaan kepada peserta kampanye, Anies menjelaskan alasan mengapa kampanye terakhirnya di gelar di JIS :

“Tempat ini dipilih karena ini adalah mahakarya yang dibangun 100% oleh keringat orang-orang Indonesia, yang dilahirkan oleh ibu-ibu Indonesia, yang dididik oleh pendidikan Indonesia, dan melahirkan mahakarya yang memesona dunia.” 

Pesan yang dapat dibaca dari narasi itu adalah soal kemandirian dan kebangggan sebagai bangsa. Anies tidak merasa perlu untuk mengungkapkan bahwa JIS dibangun di masa dirinya menjabat sebagai Gubernur DKI. 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *