Merinding! Imam Besar Istiqlal Serukan Tobat Nasional: Setiap Rezim Ada Ajalnya

Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.co.id — Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar menyatakan pentingnya tobat nasional bagi seluruh masyarakat Indonesia, khususnya Muslim, guna memperbaiki keadaan sosial dan moralitas bangsa secara menyeluruh.

Nasruddin mengatakan bahwa hal tersebut dengah mengaitkan kondisi kehidupan sosial dan politik saat ini, serta menghubungkannya dengan pandangan agama dan keadaan dunia. Ia bahkan menyebutkan bahwa setiap yang hidup selain Tuhan, semuanya pasti memiliki ajal, termasuk masyarakat bahkan rejim sekalipun.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Ajal itu bukan hanya melanda setiap orang tapi juga masyarakat bisa mati, kan. ‘Likulli umamin ajal, setiap satu rezim, setiap satu masyarakat, komunitas itu juga punya ajal. Jadi yang punya ajal itu, bukan hanya orang, rezim pun punya ajal,” kata Nasaruddin dikutip dari Abraham Samad “Speak Up”, Ahad (17/3/2024).

Pria kelahiran Bone, Sulawesi Selatan itu mencontohkan bentuk-bentuk rezim yang pernah berkuasa di Indonesia. Tidak ada satu pun yang abadi sampai detik ini, ujar Nasaruddin, bahkan negara juga memiliki ajalnya.

“Rezim Orde Lama tiba ajalnya. Rezim Orde Baru juga ajalnya sudah tiba. Setiap rezim itu punya ajal. Nah, jadi yang harus kita cermati itu bukan hanya ajal individu tapi juga ajal society, ajal negara,” terang Nasaruddin.

Guru Besar ilmu Tafsir UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu menyampaikan, adanya hadits-hadits yang menyebutkan 24 tanda kiamat. Salah satu tanda kiamat di dalam suatu masyarakat yaitu orang yang tak pantas ditokohkan, namun tetap tidak malu untuk tampil sebagai seorang tokoh.

“Saya hanya teringat sebuah hadist ya. Tanda-tanda dunia akan kiamat itu, ada 24 tanda-tanda. Di antaranya itu ada orang yang tidak pantas ditokohkan tapi ditokohkan. Ada yang pantas ditokohkan, namun dikucilkan. Kemudian di antaranya, terdapat masyarakat yang cuek,” jelas Nasaruddin.

Ia juga mengungkapkan, merajalelanya korupsi, perzinahan, dan perjudian, kemudian juga fenomena alam, seperti ketidakteraturan cuaca, dan intensitas gempa bumi yang meningkat merupakan bagian dari 24 tanda tersebut.

Untuk itu, lanjut Nasaruddin, pertaubatan nasional dinilai sebagai langkah untuk memperbaiki keadaan sosial dan moralitas secara menyeluruh. Pertaubatan ini tidak hanya menjadi tanggung jawab individu, tetapi juga masyarakat secara keseluruhan.

“Nah, bagi kita, apa yang harus kita lakukan? Tidak ada yang bisa kita lakukan kecuali ada pertaubatan nasional. Jadi jangan dianggap tobat itu hanya tugas individu setiap orang. Kalau ada kesalehan sosial, kesalehan individual, maka ada pertaubatan individual, pertaubatan masif,” tegas Nasaruddin.

sumber

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *