Bersatu Kita Teguh: Surga itu di Kerumunan (20)

Surga itu di Kerumunan
Hamdan Juhannis - Rektor UIN Alauddin
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Hamdan Juhannis – Rektor UIN Alauddin

Hajinews.co.id – Saya selalu saja “bertekuk lutut” pada kepiawaian penyair besar kita, Kyai Zawawi Imron, terpesona pada cirinya memainkan kata dan caranya mengumbar makna. Coretan kali ini berangkat dari responnya tentang sedekah pohon yang saya ulas sebelumnya.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Kyai Zawawi bertutur: “Sebatang biji pohon yang saya tanam, akan menjadi sebatang pohon. Namun sejuta pohon yang saya tanam akan menjadi hutan.” Lalu Kyai Zawawi melanjutkan untaiannya dengan menghubungkan pada praktek shalat berjamaah.

Menurut beliau ada hikmah mengapa shalat berjamaah diganjar 27 kali dibanding shalat sendirian. Karena di sana ada kemuliaan dari pelajaran tentang hidup bersesama. Kalkulasi beliau, kalau sehari kita shalat berjamaah, berarti secara matematis umur kita sama dengan 27 hari. Kalau shalat berjamaahnya 5 kali sehari selama 10 tahun, umur kita bisa setara dengan 270 tahun. Menurut Kyai Zawawi bahwa secara kuantitatif, akumulasi shalat berjamaah dan umur kita bisa tidak kalah dengan pahala lailatul qadar.

Jadi Kyai Zawawi sedang mendemonstrasikan keutamaan hidup berjamaah. Kyai Zawawi sedang mengetuk pintu pemahaman kita tentang kekuatan kebersamaan. Kyai Zawawi sedang menguji keabsahan tentang praktek kebersatuan. Kyai Zawawi sedang mengesplorasi kekuatan sikap empati. Kyai Zawawi sedang berdefinisi tentang pesona keumatan.

Amsal yang disajikan Kyai Zawawi bukan sekedar bekerja, tetapi yang lebih penting bekerjasama. Luapan Kyai Zawawi bukan sekadar menanam tetapi yang lebih penting menanam bersama. Seruan Kyai Zawawi bukan hanya shalat tetapi yang lebih penting adalah shalat berjamaah.

Akhirnya, kita bisa berefleksi bahwa ujung dari semua peribadatan adalah tentang khalayak, tentang kerumunan, tentang orang banyak, atau tentang warga. Bukan tentang diri sendiri, bukan tentang kepentingan sesaat, bukan tentang jangka pendek, atau bukan tentang ruang yang sempit. Peribadatan itu untuk kemanusiaan, kemaslahatan, menembus batas, untuk hari kemudian. Itulah, Jangan pernah bicara tentang surga di hari kemudian kalau masih saja suka tertarik pada diri sendiri. Saya serius, kawan!

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *