Pendeta Gilbert dan Agama Paradoks

Pendeta Gilbert dan Agama Paradoks
Pendeta Gilbert
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Imam Shamsi Ali – Diaspora Indonesia di Kota New York.

Hajinews.co.id – Beberapa hari ini dunia maya jadi heboh bahkan gaduh akibat pernyataan seorang pendeta Kristiani yang bernama Gilbert Lumoindong. Dalam video itu si Pendeta sedang menyampaikan khotbah kepada jamaahnya dan mengolok-olok ajaran Islam, khususnya zakat, sholat dan wudhu. Perlakuan pendeta itu kontan mendapat sambutan luas dari masyarakat Muslim, termasuk saya sendiri. Maklum agama dan segala hal yang terkait dengannya memang sarat dengan keyakinan, sesuatu yang inheren (mendasar) dalam hidup seseorang. Karenanya wajar jika agama selalu menjadi isu yang “highly sensitif” dan memerlukan sikap bijak dari semua pihak.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Saya tidak bermaksud merespon kepada isu-isu yang disampaikan dalam khotbah itu. Karena menurut saya amalan-amalan agama, baik pada tataran “imaniyah” khususnya teologis (ketuhanan), ibadah-ibadah ritual, hingga ke amalan-amalan yang sifatnya mu’amalat pastinya memiliki landasan keagamaan yang jelas. Tak satupun amalan agama (dalam Islam) yang merupakan amalan yang “dibuat-buat” (innovated).

Asumsi saya berbeda dengan agama Pendeta itu yang boleh jadi justeru agama merupakan kompilasi keyakinan dan amalan yang sarat dengan “mengada-ngada” (made up). Dari keyakinan tentang ketuhanan yang penuh misteri yang tak pernah terjawab hingga bentuk amalan-amalan ritual yang “diada-ada” sejak ribuan tahun. Maka wajar saja membandingkan Islam dan agamanya tidak akan nyambung dan relevan.

Agama-agama memang tidak perlu dibandingkan. Sebab masing-masing agama diyakini oleh pemeluknya sebagai ajaran yang benar. Seringkali keyakinan itu diikuti dengan keyakinan juga bahwa agama yang lain salah. Bagi saya hal itu tidak masalah. Islam sendiri mengakui adanya agama-agama selain Islam (al-adyaan). Tapi Islam meyakini bahwa “agama yang diakui di sisi Allah hanyalah agama Islam” (inna ad-diin‘inda Allah al-Islam).

Sholat, wudhu dan tatacaranya, maupun kwantitas Zakat merupakan amalan mendasar yang jelas aturan dan dasar keagamaannya dalam Islam. Hal-hal itu dan amalan lainnya dalam Islam diyakini sebagai hal yang mutlak dan ditaati sepenuh hati oleh pengikutnya. Sehingga umat ini tidak pernah mempermasalahkannya lagi. Aneh saja jika seorang Pendeta harus menyibukkan diri membicarakan sesuatu yang dia sendiri tidak yakini. Apalagi memang tidak tahu (jahil). Tapi begitulah karakter sebagian dalam beragama. Seolah puas jika menemukan apa yang dapat dianggap kekurangan pada agama orang lain.

Minta maaf itu paradoksikal

Justeru yang ingin saya soroti secara singkat adalah permintaan maaf si Pendeta itu kepada khalayak ramai (masyarakat) dengan mendatangi Bapak Muhammad Jusuf Kalla, Ketua Dewan Masjid Indonesia dan mantan Wapres RI. Permintaan maaf yang dilakukan oleh Pendeta itu pun sesungguhnya setengah hati. Karena dia tidak meminta maaf atas kesalahannya mengolok-look agama orang lain. Justeru dia meminta maaf lebih karena pernyataannya dianggap telah menimbulkan kegaduhan. Bukan karena kesalahannya “mengolok-olok” agama Islam.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *