Keempat, meraih haji mabrur berarti semakin tertanam kebaikan-kebaikan yang utama selama prosesi sampai pulang ke tempat masing-masing.
Mabrur itu segala kebaikan yang digariskan syariat Islam dan yang menjadi kebaikan umum yang dibenarkan syariat.
Berhaji yang mabrur bukan hanya selama prosesi ibadahanya, tetapi tidak kalah penting sesudahnya dalam kehidupan sehari-hari.
“Bila selama haji dilarang mengucapkan ujaran yang rafas (jorok), fusuq (inkonsisten, khianat), dan jadal (bertengkar) maka dalam kehidupan sehari-hari setelah berhaji perangai buruk itu jangan dilakukan, termasuk dalam bermedia sosial dan interaksi sosial lainnya. Semakin banyak kaum muslim berhaji, korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, perusakan sumberdaya alam, dan segala perbuatan buruk tidak terjadi di negeri ini,”tegas Haedar.
Kelima, kepada pemerintah dan seluruh institusi penyelenggaraan haji Indonesia diharapkan semakin meningkatkan fasilitas dan pelayanan terbaik agar tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya.
“Seluruh pimpinan dan petugas yang terlibat dalam penyelenggaraan haji Indonesia saya percaya semakin tinggi penkhidmatannya dalam melayani dan menyukseskan pelaksanaan ibadah haji dalam seluruh prosesnya,” jelasnya.
“Para pejabat negara yang bertugas maupun atasnama negara menunaikan ibadah haji diharapkan uswah hasanahnya di hadapah para jamaah haji, sehingga selain dapat mengayomi juga menjadi teladan terbaik yang mengutamakan kepentingan seluruh jamaah haji ketimbang diri dan keluarga sendiri. Ibadah haji niscaya menjadi kontestasi nilai dan akhlak keteladanan yang luhur nan utama dari para elite di hadapan jamaah umat yang merepresantasikan rakyat Indonesia,” sambung Haedar.
1 Komentar