Dongeng Palestina Menghantui Israel

Dongeng Palestina Menghantui Israel
Dongeng Palestina Menghantui Israel


banner 800x800

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Hikmat Gumelar, sastrawan

Hajinews.co.id – PADA suatu hari di bulan Juni 1948, David Ben-Gurion menulis di buku hariannya: “Kita harus melakukan segalanya untuk memastikan mereka tidak pernah kembali.”

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Kita” yang dimaksud perdana menteri pertama Israel itu jelas kaum Yahudi. Dan “mereka” jelas pula adalah orang-orang Palestina. Sementara dengan “tidak pernah kembali” bukan saja tujuh ratus ribu orang lebih penduduk Palestina pada tahun 1948–yang berarti tujuh puluh lima persen dari populasi Palestina kala itu–yang telah dipaksa meninggalkan tiga ratus lebih desa terus dibuat untuk tidak bisa kembali ke desa-desa mereka, bukan saja setiap orang yang meninggalkan Palestina, terlebih karena dianggap bermasalah dengan Israel, terus dibuat tidak bisa kembali ke kampung halamannya, bukan saja setiap hari sejak awal pendudukan tanah Palestina orang-orang Palestina dihabisi setiap hari dengan berbagai cara, tapi juga setiap orang Palestina di negara mana pun mereka bermukim harus terus dibuat untuk tidak pernah kembali.

Bukan saja dengan terus dibuat berbagai hambatan fisik dan administratif, yang karuan merupakan operasi politik-ideologi kolonialisme pemukim, tapi pun dengan terus mengkonstruksi mentalitas mereka sehingga mereka sama sekali tak punya ingatan mengenai Palestina, bangsa Palestina, sejarah Palestina, budaya Palestina, lanskap Palestina, dan sebagainya.

Proyek genosida Palestina itu bukan saja proyek besar Ben-Gurion. Apa yang dilakukan Israel Netanyahu sejak 7 Oktober 2023 tak pelak merupakan pelaksanaan gagasan salah seorang bapak pendiri bangsa Israel itu. Ia bahkan mengoperasikan teologisasi. Ia memberikan referensi dan pembenaran alkitabiah untuk membasmi seakar-akarnya etnis Palestina. Dalam reaksinya akan Ketua Jaksa ICC yang meminta majelis hakim mengeluarkan surat penangkapannya karena diduga melakuan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan, kembali ia menyamakan Palestina dengan Amalek.

Dengan itu, sebetulnya, Netanyahu mengakui bahwa ia memimpin Israel melakukan genosida. Namun, pembasmian etnis Palestina ini adalah upayanya memenuhi perintah Tuhan dan sekaligus menyatakan “Yang Kekal Israel tidak akan berdusta”. Pidatonya dalam bahasa Ibrani dilakukan demi membangkitkan ingatan akan konteks dari dan sekaligus Samuel I, 15: 25:

“Tuhan mengurapi kamu menjadi raja atas Israel. Dan dia mengutus kamu dalam sebuah misi, dengan mengatakan, ‘Pergilah dan hancurkan sepenuhnya orang-orang jahat itu, orang Amalek; berperanglah melawan mereka sampai kamu memusnahkan mereka.’ Mengapa kamu tidak menaati Tuhan? Mengapa kamu merampas barang rampasan dan melakukan apa yang jahat di mata TUHAN?”

Teologisasi genosida itu manjur. Tentara Israel maupun basis pendukung Netanyahu menjadi sama-sama memandang perlakuan akan orang-orang Palestina sebagai tugas suci. Maka, ketimbang dengan kritis membaca ulang sejarah Palestina dan Israel, misalnya, mereka memilih melakukan segalanya untuk membuat seluruh orang Palestina tidak pernah kembali, yang berarti Palestina lenyap dari muka bumi.

Tidak heran jika Hiba Abu Nada menulis dalam buku hariannya pada pukul 16.52, 9 Oktober 2023: “Dalam setiap perang sebelumnya, ada semacam pola pada target entitas, di lain waktu adalah keluarga, di lain waktu masjid, di lain waktu jalan-jalan, di lain waktu daerah perbatasan atau pusat kota, di lain waktu gedung-gedung tinggi, ada semacam rencana untuk ledakan yang bisa kita pahami, kitalah yang berada di bawah ledakan, dan berdasarkan itu kita akan menyimpulkan tujuan dan lintasannya serta berapa lama kita bisa memperkirakan perang akan berlangsung.

“Kali ini tiada pola, semua dibom, setiap perang sebelumnya dimasukkan ke dalam perang ini, Gaza dari utara ke selatan dibom dengan cara yang kacau dan dahsyat, pembantaian massal, pembunuhan yang tak masuk akal akan segalanya. Tapi ketahanan dan keimanan kami kepada Tuhanlah yang memungkin-kan kami melihat ke angkasa dan menjadi tenang sebelum kami mulai menangis, atau ketika kami mulai menangis setelah keheningan dan berkata: Ya Tuhan, kami tidak memiliki siapa pun selain Engkau.”

Pada pukul 21:20, 19 Oktober 2023, Hiba menulis kesaksian dan doa: Seluruh lingkungan Zahra di Gaza kini berada di bawah ancaman, 24 menara dibombardir, seluruh kota menjadi syahid, menara demi menara, Ya, Tuhan, Ya, Tuhan!

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *