Muhammadiyah Punya Aset Triliunan Meski Tak Banyak Anggotanya, Mantan Ketua PBNU Ini Membeberkan Rahasianya

Muhammadiyah Punya Aset Triliunan
Muhammadiyah


banner 800x800

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.co.idOrganisasi keagamaan “Muhammadiyah” belakangan menarik perhatian ketika memutuskan menarik dananya dari BSI secara massal.

Penggalangan dana besar-besaran BSI untuk Muhammadiyah diluncurkan melalui memo yang diterbitkan pada 30 Mei 2024.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Surat ini merupakan lanjutan pertemuan PP Muhammadiyah dengan Amal Usaha Muhammadiyah atau AUM Muhammadiyah di Yogyakarta.

Dalam pertemuan itu, Muhammadiyah memutuskan untuk merasionalisasi dana yang ada di BSI dengan mengalihkannya ke sejumlah bank syariah lainnya.

Dalam surat tersebut disebutkan bahwa uang tersebut telah ditransfer ke Bank Bukopin Syariah, Bank Mega Syariah, Bank Muamalat dan Bank Daerah Syariah serta bank lain yang bekerja sama dengan Muhammadiyah.

Ketika dikonfirmasi awak media Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas menyebut alasan melakukan rasionalisasi dana dari BSI.

Ia menyebut tujuan utama adalah untuk mendukung kompetisi bank syariah yang sehat.

“Dana BSI sudah besar sehingga tak memerlukan lagi dana Muhammadiyah,” terangnya.

“Selain itu konsentrasi dana AUM hanya di satu bank dapat menimbulkan concentration risk atau risiko konsentrasi yang besar,” lanjutnya.

Akibat penarikan dana besar-besaran tersebut tak sedikit yang penasaran dengan aset yang dimiliki Muhammadiyah, mengingat beberapa ada yang menyebut bahwa meski memiliki anggota yang tak banyak tetapi Muhammadiyah mempunyai kekayaan yang dianggap paling besar di Indonesia.

Mengenai hal itu, Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan PP Muhammadiyah pernah merilis terkait aset yang dimiliki persyarikatan tersebut.

Tercatat, Muhammadiyah memiliki amal usaha pendidikan jumlahnya 3.370 TK, 2.901 SD/MI, 1.761 SMP/MTs, 941 SMA/MA?SMK, lalu 67 pondok pesantren serta 167 perguruan tinggi.

Amal usaha kesehatan memiliki sebanyak 47 rumah sakit, 217 poliklinik, 82 klinik bersalin. Lalu Amal usaha ekonomi ada 1 bank syariah saham Muhammadiyah sebesar 2,5 persen, 26 BPR/BPRS, 275 BMT/BTM, 1 induk koperasi BTM, 81 koperasi syariah serta 22 minimarket dan 5 kedai pesisir.

Kemudian amal usaha pelayanan sosial memiliki lebih dari 400 panti asuhan, rumah singgah.

Seluruh aset Muhammadiyah bila ditaksir kini mencapai Rp400 triliun. Itu belum lagi ditambah kekayaan kas yang dimiliki amal usaha yang tersimpan di bank yang jumlahnya bisa melebihi Rp1000 triliun.

Mantan Ketua PBNU Hasyim Muzadi pernah melontarkan guyonan berkait dengan aset Muhammadiyah yang melimpah tersebut.

Ia menyebut bahwa bila dua orang Muhammadiyah bertemu yang dibicarakan adalah soal berapa sekolah dan masjid yang dibangun.

“Bila dua warga NU bertemu maka yang dibicarakan apakah sudah punya majelis yasin dan tahlil? Tapi kalau dua warga Muhammadiyah bertemu yang dibahas sudah berapa sekolah dan masjid yang dibangun,” katanya.

Sementara itu, dikutip dari pwmu.co, Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof Dr Abdul Munir Mulkhan punya pandangan yang lebih serius mengenai aset Muhammadiyah tersebut.

Menurutnya, semua pembangunan aset itu mewujud dari warisan semangat hidup KH Ahmad Dahlan yang dipegang warga Muhammadiyah.

Menurut dia, pesan Kiai Dahlan yang sangat populer dan sering diucapkan orang Muhammadiyah adalah hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah.

Pesan ini tumbuh menjadi tradisi gerakan sebagai kekuatan utama perkembangan organisasi dan pembangunan amal usaha pendidikan, kesehatan dan pelayanan sosial. Amal usaha ini dibangun dari praktik kedermawanan dan inovasi kreatif umat.

Abdul Munir Mulkhan juga mengulas, warga Muhammadiyah juga meniru sikap hidup sehari-hari Kiai Ahmad Dahlan seperti mengamalkan surat al-Maun yang kisahnya selalu diceramahkan di mana-mana.

Dia menguraikan, kehidupan Kiai Dahlan merupakan praktik tradisi sufi yang terus memberi warna pola kehidupan gerakan dan warga Muhammadiyah.

Pola kehidupan Kiai Dahlan berakar pada etika puritan yang merasionalisasi syariah dan sufisme berbasis paradigma kebudayaan.

Cara hidup zuhud dan fakir yang dipraktikkan Kiai Dahlan tidak melahirkan sikap menjauhi kehidupan duniawi tapi sebaliknya menjadi dasar bagi penempatan kepentingan pribadi kepada kepentingan umat dan kemanusiaan.

Zuhud dipraktikkan dengan menjadikan kehidupan duniawi sebagai ajang perbaikan dengan mengubah diri sebagai pengubah sejarah. Sementara hidup fakir tidak dilakukan dengan hidup miskin tapi bekerja keras dan produktif yang hasilnya dipergunakan untuk kepentingan publik.

Sumber: suara

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *