Hajinews.id – Tokoh aktivis perempuan Neno Warisman, akhirnya memutuskan bergabung dengan partai Ummat. Padahal sebelumnya ia menolak keras bergabung dalam partai politik. Ia lebih memilih sebagai aktivis non partai.
Aktris terbaik peraih Piala Vidia yang sepanjang 25 tahun terakhir menjadi senior parenter di berbagai forum pendidikan dan pengasuhan ini, bicara panjang lebar soal alasannya bergabung ke Partai Ummat besutan Prof Dr. HM Amien Rais, MA tersebut. Ia pun tercatat sebagai pendiri dan sekaligus setelahnya menerima amanat dari Ketua Majelis Syuro, Amien Rais, untuk menjadi wakil ketua Majelis Syuro. Beberapa nama lainnya, yakni Dr HMS Ka’ban dan Habib Thalib Saggaf Al Jufri, B, ed, adik kandung Habib Salim Al Jufri serta Ir KH Ansufri Idrus Sambo sebagai sekretaris.
Berikut wawancara wanita tangguh, ibu dari 3 anak lulusan perguruan tinggi terbaik UI, ITB dan IPB , seusai lawatan pertemuan Partai Ummat di Yogyakarta, 24-26 April 2021, yang dikutip dari Satu Indonesia News Network (SNN)
Bagi Anda, politik itu apa sebenarnya?
Saya nyaris tidak mau menerima tawaran seperti itu sembarangan karena saya takut kalau-kalau tokoh atau partai yang didukung, itu ternyata nantinya tdk jujur, tidak baik, berkhianat pada masyarakat pendukungnya. Lalu bagaimana? Kan saya pasti kecipratan dosanya juga! Padahal siapa yang gak ngiler kalau ada uang banyak? Tapi uang kan, bukan segalanya! jadi, itulah pemahaman politik saya sejak saya masih muda.
Sekarang Anda bergabung dengan partai politiknya Amien Rais. Apakah karena Amien Rais atau faktor lain?
Saya bukan seorang yang menyukai kultus individu. Atau lebih tepat bahkan memberontak terhadap pengkultusan. Namun, saya tidak pungkiri bahwa sosok Pak Amien Rais di dalam partai Ummat memberikan warna Tauhid yang kuat dan hal itu menjadi magma sekaligus magnet bagi para pemburu cahaya kebenaran.
Ketika Pak Amien mengkonfirmasi kesediaan saya untuk bergabung dengan Partai Ummat, yang saya sampaikan kepada Pak Agung Mozin, inisiator partai Ummat, bahwa bergabungnya saya merupakan bagian dari kekuatan Ummat pada barisan jamaah yang mengisi shaf-shaf di gelora perjuangan pilpres kemarin. Saya minta agar segenap pimpinan partai Ummat selalu benar-benar mau mendengarkan suara rakyat dan kemauan serta kepentingan rakyat yang murni dalam arti yang paling hakiki.
Kenapa tidak bergabung dengan partai lain yang sudah jelas ada kursinya di parlemen?
Setelah reformasi, saya sempat jatuh hati kepada satu partai baru yang banyak digandrungi anak muda dan begitu kental warna dan ghirah keislamannya, Partai Keadilan (PK) namanya. Begitu mempesona saat itu. Sampai -sampai saya membuat sejumlah puisi.
Entahlah, saat itu hati saya belum mau. Saya tetap memutuskan bergerak di luar partai saja. Hati saya belum mau menerima. Jadi persoalannya bukanlah partai besar atau partai kecil atau baru muncul. Saya cuma tidak ingin menjadi contoh semisal ada seorang caleg , dia masuk kampung padat kumuh atau tertinggal hanya untuk mendapatkan konstituen dan keterpilihannya. Lalu setelah duduk di Legislatif, ia melupakan janji-janjinya. Yang seperti itu sangatlah buruk!
Lalu, kenapa sekarang mau bergabung dengan Partai Ummat?
Seiring dengan berjalannya waktu, bersama ormas GIN (Gerakan Ibu Negeri), saya melihat ada ketidakadilan terhadap umat Islam khususnya dalam kasus penistaan agama hingga akhirnya bergabung dalam gerakan aksi 414 dan 212.
Dan berjalannya waktu pada pemerintahan saat ini, ada keinginan untuk berjuang karena melihat ada ketidakadilan yang dirasakan rakyat saat ini, khususnya oleh Umat Islam. Dimana terakhir ini ada niat penghapusan pelajaran agama Islam, Pancasila dan Bahasa serta Indonesia dalam kurikulum pendidikan dan juga pembelokan sejarah PKI oleh para penganut ideologi terlarang itu.
Sungguh, amat banyak hal yang berjalan timpang. Bagaimana hukum sudah terbolak balik, koruptor besar dibebaskan, sementara aktivis menyuarakan demokrasi yang benar, malah ditangkap.
Apalagi kriminalisasi ulama demi ulama. Terus saja berlangsung dalam duka cita keadilan yang tumbang oleh kekuatan oligarki politik dan ekonomi yang menguasai negeri ini.
Protes rakyat terhadap pengesahan UU Cipta kerja, misalnya. UU Omnimbus Law yang menurut banyak orang tidak berpihak kepada buruh ini, terus maju jalan. Tak mengindahkan protes dan kemarahan rakyat.
Dan bahkan masih banyak lagi kebijakan pemerintah maupun UU yang memang tidak bisa dibela oleh partai di DPR RI. Atas ketidakberimbangan dalam demokrasi, dimana partai-partai di DPR berkoalisi kepada penguasa, minus PKS yang sejak awal konsisten sebagai oposisi, saya pun mulai memikirkan hal besar sesuai amanat konstitusi UUD 45 yakni memiliki hak berserikat dan berkumpul untuk ikut bergabung ke dalam partai baru, yakni Partai Ummat.
Mulai 29 April 2021, Saya telah melepaskan keengganan saya menjadi bagian dari kepartaian. Kini dengan sadar dan memohon pertolongan Allah SWT atas amanah yang dititipkan pada saya oleh keluarga besar Partai Ummat, saya menerima tugas saya sebagai wakil ketua Majlis Syuro mendampingi Pak Amien Rais yang semoga Allah merahmati beliau dan sejumlah tokoh bangsa dan ulama besar yang ikut memperjuangkan lawan kedzoliman, tegakkan keadilan di Partai Ummat, milik seluruh bangsa Indonesia dengan cita cita bersama baldatun thayyibatun wa robbun ghoffur.
Saya ingin menjadi bagian dari harapan suci masyarakat pendamba kebenaran dan keadilan, mewujudkan cita-cita memiliki negeri Indonesia yang merdeka, bahagia, aman, sejahtera, adil bermartabat, berakhlak mulia dan dirahmati kembali oleh Allah SWT. In shaa Allah. Aaamiiin.