By Ustadz Umar Faqihuddin M.M.
Hajinews.id – Berdo’a, bukan pekerjaaan biasa. Kebiasaan manusia bertaqwa.Tanda, ia sosok hamba. Atas segala urusan butuh terus mengiba. Bukan merasa bisa. Apalgi sok jumawa.
Yang dipilih sebagai hamba istimewa. Sebutan nabi dan rasul bertengger sebagai mahkota. Tak juga dengan urusan do’a terlena. Justru lebih lekat dan setia. Terhubung dengan Yang Maha Kuasa, tak berjeda.
Adakalanya berdo’a, tak berujung ijabah segera. Beberapa merasa dengannya kecewa. Dan berniat tak lagi berdo’a. Lebih meyakini usaha. Lebih riil dan nyata. Tapi akhirnya bertambah kecewa diatas kecewa, mendera.
Tangan yang terangkat, begitu bermakna. Meluruh dengan putaran masa. Bukan hanya ijabah semata yang bicara. Tapi yang berdo’a, tanda ibadah dan cinta, itu masih ada.
Ijabah atau belum, berdo’a tetaplah ibadah idola. Disebut intisari ibadah bahkan, pastilah luar biasa. Mungkihkah beribadah kita jemu melaksana ?!. Tetaplah berdo’a, itulah cinta…
Nabiyullah Musa Alaihissalam berdoa. Atas kedzaliman Firaun yang mengganas mendera. Terkabul setelah empat puluh tahun lamanya. Apakah kita belajar dengan ini seksama ?!