Apakah di dalam Islam hal tersebut diperbolehkan? Ustadz Khalid Basalamah menjelaskan hukum dari membeli barang mahal atau branded dalam salah satu ceramahnya.
Menurutnya, seorang Muslim diperbolehkan membeli barang mahal ataupun barang branded, bahkan dihitung pahala jika membelinya.
Dilansir dari salah satu video di kanal Youtube Cerita Hijrah yang diunggah pada 25 Desember 2019, ini dia penjelasan lengkap mengenai hal tersebut.
Membeli barang-barang mahal ataupun branded menjadi salah satu gaya hidup masyarakat era kini.
Selain sebagai gaya hidup, membeli barang-barang tersebut juga berdasarkan atas fungsi dari barang yang dibeli itu.
Lalu, apakah membeli barang mahal atau branded diperbolehkan di dalam Islam dan apakah tidak termasuk hal-hal yang berlebihan?
Ustadz Khalid Basalamah menyebutkan bahwa setiap muslim wajib menikmati hal, baik makanan ataupun benda yang halal lagi baik.
“Allah SWT menyuruh kita untuk menikmati yang halal dan thoyyib. Thoyyib berkualitas,” ungkap Ustadz Khalid Basalamah.
Namun, hal tersebut juga perlu memperhatikan kemampuan dan tujuan muslim tersebut, apakah dia mampu untuk membelinya atau tidak serta tidak berlebihan.
Selain itu, barang yang digunakan juga harus sesuai dengan fungsi yang dibutuhkan.
“Boleh kita pakai kendaraan, pakaian, tas, sepatu, yang mahal ‘gak masalah. ‘Gak dilarang dalam Islam. (asal) Jangan berlebih-lebihan,” lanjutnya.
Menurut Ustadz Khalid Basalamah, orang yang membeli mampu beli barang yang mahal ataupun branded dengan kualitas yang baik lebih akan mendapat pahala lebih banyak jika dibanding ia membeli barang dengan kualitas di bawahnya.
“Lebih besar pahalanya orang kalau mampu beli kualitas A, lalu dia beli kualitas B. Kalau dia beli A, itu lebih besar pahalanya. Dia beli B, sebenarnya dia kekurangan pahala,” ungkapnya.
Hal tersebut karena membeli barang mahal dengan kualitas yang baik sama saja dengan menghargai diri sendiri dan apa yang diberikan Allah.
“Karena dia sedang tidak menikmati nikmatnya Allah, sementara dia butuh,” ujar Ustadz Khalid Basalamah menyebut orang yang pelit terhadap diri sendiri. [jember]