Oleh: Dr Anwar Budiman SH MH, Pemerhati Politik
Sebagai mantan presiden dua periode (2004-2009 dan 2009-2014) sekaligus mantan Ketua Umum Partai Demokrat, tentu pengalaman dan insting politik Pak SBY tak dapat disepelekan.
Begitu pun Pak JK. Sebagai mantan Ketua Umum Partai Golkar dan mantan wapres dua periode dengan presiden yang berbeda, yakni 2004-2009 dengan Presiden SBY, dan 2014-2019 dengan Presiden Joko Widodo, pengalaman dan insting politik Pak JK tentu tak bisa dipandang sebelah mata.
Demikian juga Bang Surya Paloh yang sudah terbukti insting dan kalkulasi politiknya sangat matang dalam dua kali pilpres, yakni 2014 dan 2019, maka pencalonan Gubernur DKI Jakarta itu sebagai capres 2024 tidak main-main lagi.
Apalagi dalam survei berbagai lembaga, elektabilitas Anies selalu masuk tiga besar atau “the big three” bersama Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo.
Namun, terlepas dari kekuatan “the three of king maker”, yakni Bang Surya Paloh, Pak SBY dan Pak JK, kekuatan Anies-AHY sendiri jika memang jadi diduetkan insya Allah akan sangat dahsyat. Keduanya mewakili unsur religius-nasionalis dan sipil militer serta milenial.
Sejak merdeka 17 Agustus 1945 hingga kini, pergulatan politik di Tanah Air selalu didominasi oleh kaum religius versus kaum nasionalis atau nasionalis versus religius. Terkadang kaum nasionalis lebih kuat, dan terkadang sebaliknya kaum religius lebih kuat. Nah, penggabungan kekuatan religius-nasionalis ini sudah tercermin dari sosok Anies dan AHY.
Anies selama ini dikenal sangat religius, sedangkan sebagai mantan TNI, AHY dikenal sangat nasionalis. Kedua unsur kekuatan politik itu sudah terwakili dalam diri Anies dan AHY. Maka kaum religius akan memilih Anies, dan kaum nasionalis akan memilih AHY. Klop!
Di sisi lain, kombinasi kekuatan sipil-militer juga diperhitungkan dalam konstelasi politik Tanah Air. Anies yang sebelum masuk ke pemerintahan aktif di gerakan masyarakat madani atau “civil society” (masyarakat sipil) mewakili kekuatan sipil, sedangkan AHY sebagai mantan tentara mewakili kekuatan militer. Keduanya akan saling mengisi dan melengkapi satu sama lain.
Keduanya juga merupakan tokoh-tokoh muda, terutama AHY sehingga akan menarik minat pemilih pemula atau kaum milenial. Sekitar 40% calon pemilih dalam Pemilu 2024 adalah kaum milenial atau pemilih muda. Ini potensi dukungan suara yang sangat menjanjikan.