Hajinews.id — Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin meminta semua pihak bersikap saling toleransi dan legowo apabila 1 Syawal 1444 H atau Hari Raya Idulfitri tahun ini tak serempak antara pemerintah dan Muhammadiyah.
“Karena itu ditempuh adanya sikap bisa toleransi antara dua kelompok ini masing-masing lebaran sesuai hitungannya. Bahasa Jawanya legowo lah,” kata Ma’ruf di sela kunjungan kerja di Gorontalo dalam video diterima, Jumat (14/4).
Ma’ruf menjelaskan perbedaan Hari Raya Idulfitri di Indonesia terjadi lantaran berbeda kriteria pertimbangan terlihatnya hilal atau imkanur rukyat.
Muhammadiyah, kata Ma’ruf, menggunakan metode wujudulhilal atau terpenting melihat wujud hilal walaupun setengah derajat ketika menetapkan 1 Syawal.
Sementara pemerintah, kata dia, menggabungkan metode hisab dan pemantauan hilal atau rukyatul hilal dalam menetapkan 1 Syawal.
Ketika melihat hilal, Ma’ruf mengatakan pemerintah mengacu pada kriteria baru MABIMS yakni posisi hilal harus mencapai ketinggian 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat.
“Harus dihitung kalau hisabnya di bawah dua itu tidak imkanur rukyat. Ini kesepakatan termasuk ASEAN itu segitu,” ujarnya.
Sementara pemerintah, kata dia, menggabungkan metode hisab dan pemantauan hilal atau rukyatul hilal dalam menetapkan 1 Syawal.
Ketika melihat hilal, Ma’ruf mengatakan pemerintah mengacu pada kriteria baru MABIMS yakni posisi hilal harus mencapai ketinggian 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat.
“Harus dihitung kalau hisabnya di bawah dua itu tidak imkanur rukyat. Ini kesepakatan termasuk ASEAN itu segitu,” ujarnya.