Oleh : Agus Mualif Rohadi, Alumni HMI Tinggal di Surabaya
Hajinews.id – Doktrin tidak resmi HMI itu disebut Nasionalis Religius. Saya sebut tidak resmi karena, itu merupakan tafsir pendek bahkan sangat singkat atas:
- Sejarah berdirinya HMI maupun sejarah HMI dari waktu ke waktu, dan
- Tujuan HMI yang tercantum dalam AD/ART HMI.
Karena tafsir tidak resmi, namun selalu di dengung-dengungkan oleh semua instruktur dalam semua level training HMI, maka hal itu menjadi semacam brand HMI.
Masalahnya tafsir pendek itu tidak ada penjelasannya dalam AD/ART HMI. Misalnya mengapa disebut Nasionlis Religius, bukan disebut Religius Nasionalis.
Mengapa yang disebut Nasionalis duluan, bukan Religius duluan. Sedang tidak mungkin jadi anggota HMI jika bukan Islam.
Dengan tidak adanya penjelasan itu, efeknya bagaimana ?
Tidak aneh jika ada anggota atau pimpinan HMI yang :
- Tarikan nasionalisnya lebih kuat dari tarikan religiusnya.
- Tarikan Islamnya lebih kuat dari nasionalisnya.
- Tidak masuk kategori 1 dan 2.
Nomor 3 ini tidak bisa saya sebut kategori moderat karena baik kategori 1 maupun 2 dan 3, pada dasarnya sikap keagamaan dan sikap poitik HMI pada ketiga kategori tersebut moderat.
Sikap moderat HMI itu karena Nasionalisme HMI adalah Nasionalis dalam semangat pluralitas. Demikian pula sikap religius HMI sangat menghargai dan menjunjung pluralitas agama di Indonesia.
Perbedaan alumni HMI hanya pada orientasi aspirasi politik saja, yang sangat mungkin justru lebih banyak dipengaruhi oleh latar belakang orientasi politik dan tradisi dalam keluarga, lingkungan pergaulan atau lingkungan kerja.