Memaafkan tidak lebih mudah dari meminta maaf, ‘meminta maaf’ terkadang ada rasa malu dan sungkan, dan juga rasa beratnya hati untuk mengalah.
Allah ta’ala berfirman,
*خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ*
Jadilah engkau pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.
( QS al-A’raf: 199)
Ketika mensifati orang bertakwa, Allah ‘Azza wa Jalla diantaranya menjelaskan,
وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ
_Yaitu orang-orang yang senantiasa menahan amarahnya, serta mudah memaafkan kesalahan orang_
(Potongan ayat QS Ali ‘Imran: 134)
Terkadang, seseorang melakukan kebodohan kepada kita, sehingga mengusik amarah, adalah bijak untuk kita memaafkan.
Lebih lanjut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan keutamaan,
وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ، إِلَّا عِزًّا
“Dan tidaklah Allah menambahkan bagi seorang hamba dengan pemberian maafnya kepada orang lain melainkan kemuliaan”
(HR Muslim: 2588)
Maafkan kesalahan orang sebagaimana kita ingin kesalahan kita juga dimaafkan, bahkan sebelum diminta maaf.
Sumber : Cahaya Sunnah
Muslimah MSR Official
Oasefajar