Hajinews.co.id – Suatu hari, Abu Nawas melakukan perjalanan dari sebuah desa suku Badui dalam perjalanan yang sangat melelahkan. Ia melihat sebuah rumah besar yang merupakan semacam pasar tempat orang-orang Badui menjual bubur haris, sejenis bubur khas petani.
Abu nawas merasa lelah dan memutuskan untuk tidak pergi ke pasar untuk makan bubur yang terkenal enak itu. Ia sampai di tepi sungai dan berteduh di bawah pohon rindang di bawah hembusan angin sepoi-sepoi.
Abu Nawas menikmati suasana desa yang asri tersebut sampai tertidur. Tidak sadar dalam kondisi terlelap, setelah terbangun, dia kaget sudah berada di dalam penjara.
Ia menatap seorang dari suku badui yang ada di depannya. “Mengapa aku dipenjara?”
“Kau akan kami jadikan campuran bubur haris,” jawab warga suku badui itu, dikutip dari nu.or.id.
“Hah? Jadi yang kau jual di tengah desa itu bubur manusia?” tanya Abu Nawas.
“Bersiaplah,” ujar orang tersebut.
Abu Nawas berkata, “Tubuhku ini kurus, kau tidak akan memperoleh daging yang banyak. Kalau kau setuju nanti sore akan kubawakan temanku yang bertubuh gemuk.”
“Benarkah?” tanya orang itu.
“Aku tidak pernah bohong,” kata Abu Nawas coba meyakinkan.
Entah kenapa akhirnya orang dari suku badui itu percaya dan melepaskan Abu Nawas. Singkat cerita, Abu Nawas justru membawa Baginda Raja yang menyamar sebagai orang biasa untuk membereskan praktik buruk di desa itu.
Wallahu a’lam.