Ramadan 1445 Berapa Hari Lagi? Ini Versi Muhammadiyah dan Pemerintah

Ramadan 1445
Ramadan 1445
banner 400x400

Hajinews.co.idKalender Islam kini telah memasuki bulan Sya’ban yang berarti awal bulan Ramadan. Lantas, berapa hari lagi Ramadan 1445 Hijriah?

Puasa di bulan suci Ramadan wajib hukumnya bagi seluruh umat Islam tanpa terkecuali. Allah berfirman dalam surat Baqarah ayat 183:

Bacaan Lainnya
banner 400x400

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ ١٨٣

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Penanggalan awal puasa kerap menjadi pertanyaan setiap tahunnya. Umumnya, penetapan dilakukan melalui Kementerian Agama (Kemenag RI) melalui sidang isbat pada hari-hari mendekati Ramadan , yaitu hari-hari terakhir bulan Syaban.

Ramadan  1445 H Berapa Hari Lagi?

Merujuk pada Kalender Hijriah Indonesia 2024 susunan Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kemenag, prediksi Ramadan  1445 H mulai jatuh pada hari Kamis, 12 Maret 2024. Sementara Idul Fitri 1445 H bertepatan antara tanggal 10 atau 11 April 2024.

Jika dihitung, maka Ramadan  1445 H versi pemerintah akan berlangsung 29 hari lagi. Meski demikian, penanggalan awal Ramadan  1445 H masih bisa berbeda, hasil pastinya baru akan diumumkan melalui sidang isbat.

Sementara itu, Muhammadiyah menetapkan awal Ramadan  1445 H pada 11 Maret 2024. Hal ini diumumkan melalui Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah tentang Hasil Hisab Ramadan , Syawal, dan Zulhijah 1445 Hijriyah Nomor 1/MLM/I.0/E/2024 yang ditandatangani oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir dan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti.

Maka, awal Ramadan  1445 H versi Muhammadiyah berkisar 28 hari lagi yang mana berbeda sehari dengan versi pemerintah.

Metode Menentukan Awal Ramadan

Mengutip buku Tuntunan Puasa Menurut Al-Qur’an dan Sunah karya Alik Al Adhim, Nabi Muhammad SAW mengajarkan dua cara menentukan awal Ramadan , yaitu rukyatul hilal dan ikmal. Indonesia sendiri, metode penetapan awal bulan Hijriah dilakukan dengan ikmanur rukyat dan hisab wujudul hilal.

Perlu dipahami, kedua metode tersebut didasarkan dari hadits riwayat Abu Hurairah RA,

“Puasalah dengan melihat bulan dan berfithr (berlebaran) dengan melihat bulan. Bila tidak tampak olehmu, maka sempurnakan hitungan Syaban menjadi 30 hari.” (HR Bukhari dan Muslim)

Metode ikmanur rukyat didasarkan pada penglihatan dan pengamatan bulan secara langsung yang berbentuk sabit atau belum terlihat bulat dari bumi. Pengamatan dilakukan pada hari ke-29 atau malam ke-30 dari bulan yang sedang berjalan.

Jika malam tersebut hilal sudah terlihat maka malam itu pula sudah dimulai bulan baru. Sebaliknya, jika belum terlihat maka malam itu adalah tanggal 30 bulan yang sedang berjalan dan malam berikutnya lah baru dimulai tanggal satu untuk bulan baru atas dasar istikmal (digenapkan).

Sementara itu, metode hisab wujudul hilal berarti melalui perhitungan astronomis. Metode ini meyakini adanya hilal meskipun tidak terlihat dengan mata telanjang selama memenuhi kriteria tertentu.

Setidaknya ada tiga syarat kriteria dalam penentuan hilal dengan metode hisab wujudul hilal, yaitu; telah terjadi ijtimak (konjungsi), ijtimak (konjungsi) terjadi sebelum matahari terbenam, dan pada saat terbenamnya matahari piringan atas bulan berada di atas ufuk (bulan baru telah wujud).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *