KEUTAMAAN MENJAGA LISAN
٣٩٠- قال ابن المبارك :
أخبرنا أبو الأشهب جعفر بن حيان، عن الحسن قال: كانوا يقولون: «إن لسان الحكيم من وراء قلبه، فإذا أراد أن يقول يرجع إلى قلبه، فإن كان له قال، وإن كان عليه أمسك، وإن الجاهل قلبه في طرف لسانه، لا يرجع إلى القلب، فما أتى على لسانه تكلم به» ، وقال أبو الأشهب: كانوا يقولون: «ما عقل دينه من لم يحفظ لسانه»
Imam Ibnul Mubarak berkata: telah mengkabarkan kepada kami Abul Ashab bin Hayyan dari Al-Hasan (Al-Bashriy) bahwa beliau berkata: Dulu mereka (salaf) mengatakan:
“Sesungguhnya lisan seseorang yang bijak itu di belakang hatinya. Maka apabila dia hendak berkata, dia kembalikan ke hatinya. Jika (bermanfaat) baginya maka dia akan mengatakannya, dan jika (bermudharat) atasnya maka dia akan menahannya. Dan sesungguhnya seseorang yang Jahil (bodoh), hatinya berada di ujung lisannya, tidak kembali ke hati. Maka apa saja yang datang pada lisannya diapun mengatakannya.”
Abul Asyhab berkata: Dulu mereka mengatakan:
“Tidak (termasuk) orang yang paham agama; orang yang tidak menjaga lisannya.” (Azzuhd Warraqaiq: 390)
Saudaraku,
Betapa banyak kerusakan yang terjadi akibat lisan yang tidak dijaga. Betapa banyak dosa yang dituai akibat lisan yang tidak dikendalikan…
Seringkali ketika seseorang menjadi pemimpin umat dan menjadi panutan, lepas kendali tidak mampu menjaga lisannya, sering salah ucap, membingungkan umat. Sehingga pihaknya senantiasa disibukkan klarifikasi dengan meralat maksud dari ucapannya…
Imam Abu Hatim al-Bustiy berkata:
الواجب على العاقل أن يلزم الصمت الى أن يلزمه التكلم،
فما أكثر من ندم إذا نطق وأقل من يندم إذا سكت”
“Wajib atas seseorang yang berakal untuk senantiasa diam sampai datang sesuatu yang mengharuskannya untuk bicara. Betapa banyak orang yang menyesal ketika berucap, dan sedikit orang yang menyesal ketika diam”.
Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa menjaga lisan kita untuk meraih ridha-Nya…
Aamiin Ya Rabb.
Wallahua’lam bishawab