Haji Mencetak Insan Penggerak Perdamaian

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Prof Dr H. Imam Taufiq

Sekretaris Pengurus Wilayah Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Provinsi Jawa Tengah

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Rektor UIN Walisongo Semarang

Ibadah haji adalah salah satu pilar dalam rukun Islam. Ritual ini diwajibkan pada tahun 6 H semenjak surat al-Baqaroh ayat 196. Namun demikian ritual haji telah dipraktekan oleh masyarakat Arab pra Islam. Sudah sejak lama Masyarakat arab mengelilingi baitullah ka’bah.

Mereka berbondong-bondong datang ke ka’bah pada bulan Dzulhijjah untuk melaksanakan ritual suci ini. Haji sebagai panggilan Allah kepada hambanya tidak sekedar bermakna ibadah mahdhah belaka. Dibalik serangkaian rukun haji tersimpan makna spiritual dan sosial yang melekat disetiap rukunnya.

Melaksanakan ibadah haji tidak hanya menjadi wujud ketaatan hamba kepada Allah SWT, lebih jauh lagi para hujjaj sebenarnya sedang menempa diri untuk menjadi agen sosial yang lebih baik. Hal ini bisa dilihat pada praktek ihram yang menjadi rukun pertama ibadah haji.

Ihram menjadi penanda bahwa seseorang sedang memasuki ibadah yang mulia dan haram bagi dia untuk melakukan beberapa hal yang merusak ihramnya. Ihram sendiri mempunyai makna tajarrud yang artinya totalitas.

Ketika seseorang memasuki miqat, ia harus mengganti busana sehari-hari dengan pakaian ihram. Kostum ihram adalah pakaian yang serba putih dan hanya terdiri dari dua potong kain yakni untuk bagian atas dan bawah tubuh.

Ritus ini memiliki makna bahwa pada saat ihram jamaah hajji haruslah menanggalkan semua atribut duniawi yaitu harta, jabatan, status sosial, popularitas dan sebagainya. Ia harus mengganti atribut duniawi dengan atribut ketaatan, ketakwaan dan kepasrahaan kepada Allah SWT.

Merasa bangga dan ‘ujub akan atribut duniawi seringkali membuat manusia lupa akan jatidirinya sebagai hamba Allah. Hal ini biasanya membawa manusia menjadi takabur, merasa lebih besar dari orang lain. Dengan status sosialnya manusia sering merasa lebih tinggi dari tetangganya, ia juga merasa lebih berkuasa dana powerul dengan jabatan yang disandangnya.

Sikap takabur atau sombong ini sering kali mengikis nilai-nilai manusiawi yang melekat pada dirinya. Pada gilirannya manusia tidak sadar bahwa ia telah merendahkan, meremehkan, mengeksploitiasi, mensdiskriminasi manusia lainnya.

Lupa akan diri dan nilai humanitasnya, manusia seringkali menimbulkan kekisruhan, kekerasan dan konflik sosial. Adalah ihram yang menyadarkan bahwa seluruh manusia sejatinya memiliki derajat yang setara. Tidak ada manusia yang lebih unggul atas lainnya, tidak ada satu manusia yang bisa semena-mena atas yang lain.

Mengenakan pakaian putih yang sama dengan seluruh jamaah haji, manusia diingatkan kembali akan nilai kemanusiaan yang telah tertutup oleh atribut duniawi. Pada saat tersadar inilah kita, manusia, bisa menghargai, menghormati dan menyayangi manusia lainnya dan pada saat itu pula keharmonisan dan kedamaian hidup bisa terwujud.

Berikutnya adalah talbiyah yang merupakan jawaban atas panggilan haji. Allah sang pencipta memanggil semua umat manusia untuk berziarah ke tanah suci, untuk melakukan ibadah haji. Sudah lama Allah menunggu kedatangan para hambanya untuk bersilaturrahim ke rumahnya (baitullah). Dalam koteks inilah talbiyah menjadi jawaban hamba dalam memenuhi panggilan Allah SWT dengan penuh ketudukan, ketaatan, dan keikhlasan.

Labbaik allahumma labbaik,lLabbaika laa syariika laka labbaik, innal hamda, wanni’mata,laka wal mulka laa syariikalak. “Aku sambut panggilan-Mu aku sambut panggilan-Mu tidak ada sekutu bagi-Mu. Sesungguhnya kenikmatan, kerajaan, hanya milik-Mu tidak ada sekutu bagi-Mu.”

Kalimah ini akan sering disenadungkan selama pelaksanaan ibadah haji. Ibadah haji memiliki arti memenuhi panggilan Allah agar manusia memahami asal usul hakikatnya. Tidak dipungkiri selama perjalanan hidupnya manusia cenderung lalai dan menyimpang dari apa yang telah digariskan Allah.

Pengaruh dan godaan selalu mendatangi manusia sehingga ia lupa siapa jati dirinya. Melalui panggilan haji inilah Allah mengingatkan kembali otentisitas manusia sebagai hamba yang lemah. Muslim yang memenuhi panggilan ini hakikatnya sedang menggembleng diri untuk menemukan dirinya.

Memenuhi panggilan haji adalah simbol ketundukan, kepasrahan, dan kerendahan hati. Dihadapan Allah, manusia tidaklah memiliki kuasa apapun (powerless), oleh karena itu tidak pantas jika ada manusia menguasai ataupun menghegemoni manusialainnya.

Dalam proses haji inilah sebernarnya manusia digembleng untuk menemukan otentisitas dirinya sebagai manusia. Untuk memahami hakikat dirinya selama proses penempaan, Allah mewanti-wanti umat manusia untuk menghindari 3 perkara.

Tiga perkara tersebut adalah rafats, fasik dan jidal sebagaimana tercantum dalam surat al-Baqaroh ayat 197. Perkara pertama yang harus dihindari adalah rafats. Para mufasir mengartikan rafats sebagai hubungan badan suami istri. Imam Sya’rawi dalam tafsirnya menyebutkan bahwa kata rafats juga bisa diartikan ucapan yang tidak memiliki manfaat atau sia-sia.

Rafats juga dimaknai ucapan keji, kebohongan, ataupun fitnah. Allah mengingatkan agar jamaah haji menahan nafsu dan ego untuk tidak menyampaikan hal yang negatif, menyebar fitnah atau berita bohong. Haji sebenarnya menempa kita untuk menebarkan kejujuran, kebenaran dan kesantunan. Bukan malah menebarkan ketakutan, ancaman dan fitnah.

Kedua adalah fusuq bentuk plural dari fasik. Fasik bisa diartikan sebagai segala bentuk perbuatan yang melanggar perintah Allah SWT. Perbuatan fasik sendiri meliputi maksiat,perbuatan yang merusak dan kedzaliman.

Manusia melakukan kemaksiatan dan kedzaliman umunya dikarenakan sifat merasa besar dan angkuh, sehingga mereka merasa tinggi dari yang lain serta tidak takut akan balasan Allah yang akan ditimpanya.

Haji sekali lagi melatih manusia untuk mampu menekan rasa angkuh yang menjerumuskan manusia padakehancuran individu dan sosial. Ketiga adalah jidal yang berarti berbantah-bantahan atau saling berselisih. Saat prosesi haji jutaan orang berkumpul pada satu tempat, di tanah haram.

Pada kondisi semacam ini tidakjarang terjadi gesekan dan masalah antar jamaah haji, sehingga bisa menimbulkan adu argumentasi. Tidak berhenti pada saling adu argumentasi, jidal juga serigkali dibarengi dengan umpatan dan rasa amarah, inilah yang dilarang oleh Al-Quran.

Jidal yang dibarengi amarah bahkan dendam akan menggerus nilai basyariyah seseorang dan membuatnya jauhdari tuhan yang maha kasih dan pemaaf. Pesan yang ingin yang disampaikan oleh al-Quran adalah agar jamaah haji bisa melatih diri untuk menghargai orang lain, memaafkan dan rela berbagi dengan yang lain.

Nilai inilah yang akan menjadikan manusia sebagai agen kedamaian di kehidupan sosial.Menghindari rafats, fusuq dan jidal adalah bentuk penempaan diri yang dilakukan selamaibadah haji. Semua jamaah haji harus bisa meninggalkan ketiga prilaku tersebut karenabukan sifat sejati mannusia untuk sombong, angkuh, egois, penuh amarah dan dendam.

Sebaliknya manusia dituntut untuk mampu menemukan jatidirinya yang mampu mengontrol nafsu, egoless, tidak angkuh dan menguasai yang lain, pemaaf, ramah, toleran dan mau berbagi. Dengan demikian ibadah haji sejatinya adalah proses penempaan manusia untuk menjadi pribadi-pribadi yang damai dan tidak hanya berhenti pada pribadi yang damai, haji juga bertujuan mencetak agen penggerak perdamaian di dunia ini.

Seusai melaksanakan haji, umat muslim sayogyanya bisa menebar kedamaian dan keharmonisan hidup dimana pun mereka berada. Inilah yang dipesankan oleh Rasulallah Muhammad SAW saat menjelaskan sifat haji mabrur kepadapara sahabat: ” : “Para sahabat berkata, ‘Wahai Rasulullah, apa itu haji mabrur?’ Rasulullah menjawab, ‘Memberikan makanan dan menebarkan kedamaian.” (HR. Ahmad).

Seseorang dikatakan telah berhasil melewati proses penempaan dan berhasil menemukan otentisitas diri manusia adalah apabila sepulang haji ia memiliki kepekaan dan soidaritas sosial yang semakin tinggi dibuktikan dengan sikap rela berbagi dan menebar kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Wallahu a’lam.[]

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *