Perhatian, Kotim Jadi Locus Stunting Kalteng

Foto: Antara
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Kotim, hajinews.id- Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) ditetapkan pemerintah pusat sebagai kabupaten locus stunting di Kalimantan Tengah (Kalteng) pada 2019 dan 2020. Hal ini layak menjadi perhatian semua pihak tak hanya pemerintah kabupaten.

Stunting salah satu masalah kesehatan yang menjadi sorotan pemerintah. Menurut standar organisasi kesehatan dunia, angka stunting di Indonesia masih kategori sangat tinggi.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Sementara di Kotim berdasarkan data riset kesehatan dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan RI tahun 2018, data stunting di Kotim sebesar 48,84 persen atau tertinggi se-Provinsi Kalteng.

Sekretarsi Daerah (Sekda) Kotim Halikinnor meminta komitmen dan perhatian semua pihak agar meningkatkan prioritas untuk percepatan penurunan dan pencegahan stunting secara berkelanjutan. “Upaya memberantas stunting tidak hanya harus jadi perhatian pelaku sektor kesehatan. Sektor ketersediaan pangan, harga pangan terjangkau, dan lapangan kerja guna mencukupi kebutuhan hidup juga perlu diperhatikan,” ungkap Halikin sebagaimana dikutip dari Prokal.co (Jawa Pos Group), Jumat (13/12).

Stunting atau kondisi gagal tumbuh bisa dialami oleh anak-anak yang mendapatkan gizi buruk, terkena infeksi berulang, dan stimulasi psikososialnya tidak memadai. Anak dikatakan stunting ketika pertumbuhan tinggi badannya tak sesuai grafik pertumbuhan standar dunia.

Dampak stunting bukan sekadar tinggi badan anak. Apabila anak pendek, ketika remaja dia bisa tumbuh lagi. Ada kesempatan kedua untuk menaikkan tinggi badannya. Stunting ini juga berkaitan dengan pertumbuhan otak. Ketika sudah besar, anak tidak bisa diobati lagi.

Dirinya berharap agar seluruh pejabat daerah dan camat beserta jajarananya secara intensif melaksanakan aksi percepatan penurunan stunting melalui program dan kegiatan sesuai tugas, pokok, dan fungsinya. Termasuk melakukan pendampingan, pembinaan sekaligus mendorong peran serta masyarakat di wilayah masing-masing.

“Caranya, pertama penyuluhan untuk menyadarkan masyarakat pentingnya gizi seimbang. Kemudian bagaimana mendeteksi secara dini kalau ada bayi atau ibu hamil kekurangan gizi, bagaimana cara memberikan pengobatan dengan segera dan tepat,” tutupnya. (wh/jawapos)

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *