Daftar Donatur Palestina
Wonosobo, hajinews.id,- Anda pergi ke Dieng atau Wonosobo atau melewati kawasan itu tak lengkap jika tidak mencoba mi ongklok.
Mi Ongklok adalah olahan yang direbus lalu racik dalam mangkuk, ditambah potongan kol, daun kucai, kuah kental berkanji. Mi ongklok biasanya disajikan dengan sate sapi dan tempe kemul khas Wonosobo.
Di Wonosobo, salah satu warung mi ongklok yang terkenal adalah yang berada di jalan Longkrang. Pemiliknya Pak Waluyo sejak empat puluh tahun lalu hingga sekarang tak berubah, baik menu maupun rasanya. Ia tampaknya mampu menjaga warisan nenek moyang soal kuliner yang satu ini.
Tidak heran jika Mi Ongklok Longkrang pengunjungnya luar biasa banyak. Tiap hari mampu menjual 1000 porsi, kalau musim liburan bisa 2000 porsi. Bisa dibayangkan betapa padatnya ruang sempit warung yang berukuran sekitar 7×6 meter. Ruangan itu hanya mampu menampung tamu makan mi 50 orang.
Tak heran jika liburan, para tamu numpang parkir di halaman sekolah sebelahnya, sekalian gelaran di teras atau meja di bawah pohon sambil makan mi ongklok.
Jika bukan hari libur, jalanan penuh orang antri di trotoar. Tiap kelompok ambil kartu antrian, dan bisa menunggu hingga satu jam hanya untuk mencicipi mi ongklok, sate dan tempe kemul.
Harganya sangat bersahabat. Untuk tiga mangkok dengan tempe kemul tiga biji dan teh manis tiga gelas, cukup merogoh kocek Rp 38 ribu.
Bisa dihitung berapa omset Mi Ongklok milik Pak Waluyo ini. Dari mi saja jika rata-rata 1000 mangkuk kali Rp10 ribu, maka uang masuk minimal 10 juta. Jumlah itu belum termasuk sate, tempe kemul, minuman, dan kerupuk serta keripik yang juga ikut dijual.
Jika anda ingin membawa pulang atau karena tak sabar antri, bisa menyeduh sendiri mi ongklok dengan membeli mi ongklok instan yang dijual di pusat oleh-oleh yang jaraknya hanya 50 meter dari warung mi ongklok Longkrang, Wonosobo.
Silakan coba..(fur).
