100 Hari Nadiem Makarim: Diminta Jangan Takut dengan Wartawan

Mendikbud Nadiem Makarim. (Foto: Detik)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



JAKARTA, hajinews.id – Ada beragam cerita seputar sepak terjang Nadiem Makarim selama 100 hari memimpin Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Ada kisah seperti gaya busana Mendikbud itu, kakunya Nadiem kali pertama bertugas sebagai menteri, dan beragam kisah lainnya.

Tak terkecuali kisah-kisah di balik layar para wartawan peliput kegiatan Nadiem dalam menghimpun berita. Ada perjuangan dan kesulitan menghadirkan berita seputar dunia pendidikan sampai dinikmati pembaca.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Pernah liputan BSNP lalu mau doorstop Nadiem begitu udah selesai. Eh dikunciin dong kita sama stafnya Nadiem di ruangan acara,” ungkap seorang wartawan, ND, saat menceritakan pengalaman bertugas meliput Nadiem. Peristiwa itu terjadi seusai Diskusi Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) di Hotel Century Park, Jalan Pintu Satu Senayan, Jakarta Pusat pada Jumat (13/12/2019).

Sebagai informasi, doorstop adalah teknik wawancara informal dengan pejabat, publik figur, juru bicara, dan narasumber lain sebagai rujukan informasi terkait penulisan berita. Lazimnya doorstop dilakukan dengan cara mencegat atau menghadang narasumber di kesempatan tertentu.

ND menceritakan saat itu awak media tak boleh keluar dari ruangan acara diskusi BNSP di Hotel Century. Ia bersama wartawan lain saat itu merasa kaget mengalami hal tersebut. “Ya kaget aja, teman-teman media. Baru kali ini menteri seperti itu, udah kaya presiden aja,” kata ND. Para jurnalis menunggu di ruangan sekitar 15 menit hingga Nadiem pergi meninggalkan lokasi diskusi. ND menilai Nadiem sedang menghindari kejaran wartawan.

Hoe, wartawan yang bersama ND saat peristiwa itu terjadi mengaku hal tersebut lucu. Ia menganggap peristiwa dikuncinya wartawan di ruangan adalah sebuah taktik untuk menghindar dari kejaran wartawan. “Tak ada pengalaman yang aneh gitu ya selain dikunciin,” ucap Hoe.

ND juga mengaku pernah kesulitan untuk melakukan doorstop kepada Nadiem pada Rapat Kerja Bersama Komisi X DPR pada Rabu (6/11/2019). ND bersama wartawan lainnya menunggu Nadiem tetapi ia tak kunjung muncul. “(Ternyata keluar) lewat pintu belakang,” tambah Hoe, mengingat pengalamannya.

MA, wartawan lainnya mengisahkan pengalaman saat meliput kegiatan Nadiem dalam kegiatan perayaan Natal 2019 dan Tahun Baru 2020 di lingkungan Kemendikbud, Jumat (17/1/2020), di kantor Kemendikbud, Senayan, Jakarta.

Seusai acara, MA mencoba untuk mewawancarai Nadiem dengan teknik doorstop. “Pernah pasca-acara perayaan Natal sudah nyodorin rekaman, ternyata cuma dikasih senyum sapa saja. Padahal wartawan udah nunggu sekitar dua jam di lokasi,” ujar MA. ND yang juga bertugas saat meliput perayaan Natal di Kemendikbud menyebutkan Nadiem hanya berkata “Halo..Halo” kepada wartawan.

Nadiem juga disebut pernah memprotes ke stafnya lantaran pernah diikuti wartawan saat mencari kesempatan doorstop dari lantai dua Kemendikbud sampai mobil pada sebuah kesempatan. “Dia bilang “di-block dong (wartawan),” ujar ND menirukan komentar Nadiem saat diikuti wartawan.

Ketika Nadiem dilantik di Kemendikbud, kata Hoe, ia terlihat menunjukkan penolakan untuk diikuti wartawan saat berkeliling kantor. Bagi wartawan, hadirnya Nadiem di Kemendikbud adalah sebuah berita yang penting untuk dikabarkan. “Padahal kan di situ bisa jadi berita. Terus sampai sekarang kan terbukti intuisi dari awal, tetapi sebenarnya wartawan masih beritikad baik,” urai Hoe.

ND menyebutkan Nadiem sulit untuk dimintai keterangan terkait kebijakan Kemendikbud. Kalaupun mendapatkan kesempatan doorstop, biasanya jumlah dan tema pertanyaan akan dibatasi.

“Nadiem kalau spontan (ditanya) kurang bisa ya. Kelihatannya orang well prepared. Makanya tak heran kalau tak mau di-doorstop. Jadi harus ada konsepnya (sebelum di-doorstop),” katan ND.

Sulitnya men-doorstop Nadiem akan berdampak ke masyarakat. ND menyebutkan masyarakat tak bisa mengetahui sepenuhnya kebijakan yang diambil oleh Nadiem. sepenuhnya. “Karena keterangan pada saat konferensi pers atau pidato sambutan, masih informasi awal. Jadi harus digali melalui doorstop,” ujar ND.

Dia menilai Nadiem terlihat kelihatannya belum menguasai materi-materi kebijakan sepenuhnya. Dalam konferensi pers, biasanya tema sudah ditentukan dan tak boleh lain dari topik. Di sisi lain, agenda kerja harian Nadiem dan acara di Kemendikbud juga tak banyak diketahui oleh wartawan.

Hampir setiap hari ada saja yang menanyakan agenda Mendikbud di grup Whatsapp Humas Kemendikbud – Forum Wartawan Pendidikan Kemendikbud tetapi minim informasi. “Ketika isu bisa muncul setiap hari, ternyata gak bisa diiringi dengan frekuensi konferensi pers. Walhasil, media cuma menunggu rilis atau konferensi pers,” kata MA.

Hingga 100 hari menjabat, wartawan punya satu harapan untuk Nadiem. Baik ND, Hoe, maupun MA meminta Nadiem bisa melayani permintaan doorstop para wartawan. “Harapannya, supaya Mas Nadiem tidak anti dengan media, mau doorstop. Jadi tidak mengandalkan siaran pers saja. Karena Pak Jokowi saja dekat dengan wartawan,” ujarnya.

Hoe misalnya meminta Nadiem belajar memposisikan diri menjadi pejabat negara. Wartawan lanjutnya, bertugas untuk memberikan informasi ke publik. “Wartawan itu bukan mencari kesalahan kok tugasnya, tetapi menyalurkan informasi ke publik sebagai stakeholder tertinggi negara,” kat Hoe.

Hingga 100 hari menjabat, para pewarta masih terus menunggu kesempatan men-doorstop Nadiem. Hoe mengimbau Nadiem tak perlu takut untuk menghadapi wartawan. “Jangan justru mencitrakan kaum milenial sebagai kaum yang insecure dan takut salah,” katanya.

Komunikasi yang baik dengan wartawan tentunya akan membawa dampak positif untuk masyarakat. Masyarakat bisa terus mengetahui perkembangan setiap kebijakan yang sedang dijalankan dan turut menggerakkan kontribusi positif dari masyarakat. (rah/kompas)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *