Hikmah Malam: Beribadah Seperti Pedagang, Budak atau Kekasih?

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id,- Banyak orang beribadah karena takut masuk neraka. Banyak juga karena mengharapkan pahala dan masuk surga. Tidak salah semua itu, karena Allah memang menginformasikannya demikian dalam Al-qur’an.

Tapi ada pula kisah sahabat yang beribadah bukan karena keduanya, melainkan karena terlalu cintanya kepada Allah. Mau masuk neraka atau surga, bahkan mau dikasih pahala atau tidak, itu semua hak prerogatif Allah. Berikut penjelasannya:

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Tataran ibadah seseorang itu tergantung niatanya. Niat itulah yang mendorong orang motivasiberibadah atau beramal. Sesungguhnya motivasi atau niat ini amatlah menentukan, sudah sampai di tahap manakah kualitas ibadah kita pada Allah? Apakah kita masuk dalam golongan budak, pedagang, atau Kekasihnya?

1. Golongan Budak

Orang-orang dalam golongan ini beribadah pada Allah layaknya seorang budak yang bekerja karena takut pada majikannya.

Lihatlah bagaimana seseorang yang mengerjakan shalat karena takut mendapat dosa, menghindari maksiat karena takut siksa, dan beramal shaleh karena takut neraka, seluruh ibadahnya dimotivasi oleh ketakutan.

Benar bahwa azab Allah adalah sesuatu yang harus kita takuti:

Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti.” (QS. Al Israa’: 57)

Namun jangan sampai kita berhenti pada rasa takut seperti ini, karena dengan demikian kita menjadikan Allah sebagai Tuhan yang seolah-olah mengerikan, suka menyiksa hambaNya, senang mengazab manusia, padahal Allah adalah Sang Maha Pengasih dan Penyayang. Bukankah hal ini amat tidak adil bagiNya?

Ditambah lagi, beribadah hanya semata-mata karena takut neraka, seolah-olah tak mengandung keikhlasan. Jika Allah tak menciptakan neraka, apakah Ia tak layak untuk disembah?

Maka imbangilah rasa takut dengan rasa harap, dan jadikan diri kita sebagai budak/hamba dari Tuhan yang Maha Penyayang. Sehingga kita akan lebih mampu merasakan lezatnya ibadah.

Jika diibaratkan dengan seorang pekerja kantoran, bukankah amat berbeda antara seorang pegawai yang bekerja tepat waktu karena takut dihukum, bekerja baik-baik karena takut dipecat, dengan mereka yang bekerja tepat waktu dan sebaik-baiknya karena memang menyukai pekerjaannya? Sudah pasti kualitas kinerjanya jauh berbeda!

2. Golongan Pedagang

Apa yang biasa dikerjakan oleh pedagang? Tentu saja menimbang-nimbang untung rugi. Mana ada pedagang yang mau merugi?

Orang-orang di golongan pedagang ini beribadah pada Allah dengan menghitung-hitung pahala dan dosa. Mereka akan senantiasa senang menjalankan ibadah yang memiliki banyak manfaat.

Misalnya bersedekah, tak hanya mendapat pahala, namun juga memperoleh balasan berkali lipat di dunia, maka orang-orang di golongan ini takkan menyia-nyiakan kesempatan, mereka akan mengambil untung sebesar-besarnya dengan melakukan banyak amalan sedekah dan saling berlomba-lomba beramal shaleh.

Apakah beribadah sebagaimana seorang pedagang yang memperhitungkan untung rugi adalah keliru? Tentu tidak! Bahkan Allah sendiri yang menyatakan bahwa berniaga denganNya takkan pernah merugi.

“Sesungguhnya orang-orang yang membaca Kitab Allah dan mendirikan sholat serta menginfakkan sebagian rizki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, mereka berharap akan suatu perniagaan yang tidak akan merugi. Supaya Allah sempurnakan balasan untuk mereka dan Allah tambahkan keutamaan-Nya kepada mereka. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Berterima kasih.” (QS. Fathir: 29-30)

Akan tetapi, jika kita bisa melangkah ke tahapan selanjutnya, yakni masuk dalam golongan para kekasih, tentunya kita akan jauh lebih beruntung!

3. Golongan Kekasih

Orang-orang dalam golongan ini beribadah pada Allah karena cinta padaNya. Mereka tak perhitungan lagi soal pahala dan dosa, amalan yang dilakukan semata-mata agar memperoleh ridha-Nya dan berharap perjumpaan denganNya.

“Jika penduduk surga memasuki surga, Allah Ta’ala pun mengatakan pada mereka, ‘Apakah kalian ingin sesuatu sebagai tambahan untuk kalian?’

‘Bukankah engkau telah membuat wajah kami menjadi berseri, telah memasukkan kami ke dalam surga dan membebaskan kami dari siksa neraka?’ tanya penduduk surga tadi.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah pun membuka hijab (tirai). Maka mereka tidak pernah diberi nikmat yang begitu mereka suka dibanding dengan nikmat melihat wajah Rabb mereka ‘azza wa jalla.” (HR. Muslim no.181)

Bukankah seseorang yang jatuh cinta, takkan mengharap balasan apapun kecuali dicintai pula oleh kekasih?

Inilah golongan Nabi dan Rasul, mereka beribadah pada Allah dengan harap dan cemas, serta berkeinginan menjadi kekasihNya.

Yang namanya kekasih tentu saja akan selalu berusaha melayani pujaan hatinya, tak ingin sang pujaan kecewa, apalagi sampai murka.

Sungguh beruntung jika kita bisa beribadah sebagaimana ibadahnya golongan kekasih Allah. Siang malam disibukkan dengan perbuatan baik dan amalan shaleh.

Wallahu a’lam (dbs/fur).

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *