Ketika Harta Bisa Menjadi Musibah

Kolase (dok)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Sulaiman Musa

Sekretaris IPHI Kabupaten Bangkalan Madura

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Harta sebenarnya adalah nikmat Allah SWT yang layak disyukuri. Manusia hidup di dunia juga butuh kepada harta. Dalam Alquran surat al ‘Aadiyaat, harta bahkan disebut dengan “al-Khoir” yang maknanya kebaikan. Banyak hal bisa dilakukan dengan harta. Membangun masjid, membayar zakat, bershadaqah, menyantuni fakir miskin, membahagiakan orang tua, menyambung silaturrahim dan lain-lain. Bahkan kita bisa mencari kebahagiaan akhirat dengan harta.

Tapi siapa sangka, di balik manfaat harta yang demikian banyak ternyata harta juga bisa menjadi musibah. Dalam hal apa saja harta menjadi musibah? Berikut ulasannya.

1. Menjadi Tujuan

Ketika harta menjadi tujuan, maka alat dan cara tidak lagi menjadi penting. Semua dilakukan demi mendapatkan harta. Jangankan yang halal, yang harampun juga dilakukan. Jangankan hanya jual barang, jual kehormatanpun akan dilaksanakan. Padahal harta hanyalah alat, bukan tujuan. Cara mendapatkan hartapun sudah diatur oleh agama, harusnya dengan cara yang halal. Di antara tanda datangnya kiamat adalah, manusia tidak lagi peduli apakah hartanya diperoleh dengan cara halal atau haram.

Rasulullah SAW bersabda:

“Akan datang suatu masa pada umat manusia, mereka tidak lagi peduli dengan cara untuk mendapatkan harta, apakah melalui cara yang halal ataukah dengan cara yang haram“.[HR Bukhari].

2. Dicintai Begitu Rupa

Harta juga menjadi musibah ketika dicintai begitu rupa sehingga lupa bahwa harta adalah pemberian Allah SWT yang harus digunakan di jalan kebaikan. Harta hendaknya tetap diletakkan di tangan tapi tidak diletakkan di hati. Cinta seorang mukmin tetaplah kepada Tuhannya, Nabinya, agamanya. Orang yang cinta harta bisa jadi dia akan memilih harta dibanding dengan agamanya. Dia akan memilih dunia disbanding dengan akhiratnya. Allah SWT mencela orang demikian dengan firmannya:

“Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.” (QS. Al-Fajr Ayat 20).

3. Menjadi Tolok Ukur Kesuksesan

Seringkali ketika kita membayangkan orang yang sukses, maka yang terbetik adalah orang yang berlimpah harta benda. Padahal, kesuksesan adalah kesuksesan dunia akhirat. Kesuksesan tidak diukur dengan harta benda yang dimiliki. Bukan juga diukur dari kekuasaan atau ilmu yang dimiliki. Kesuksesan hakiki adalah ketika nanti di akhirat kita bisa selamat dari neraka dan masuk surga. Allah SWT berfirman:

“Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung” (QS. Ali Imran: 185)

4. Tidak Benar dalam Niat dan Cara Mencarinya

Setiap kita butuh harta. Namun harta tidak datang dengan sendirinya. Harta perlu dicari dan diusahakan. Ketika mencari harta itulah kita perlu memperbaiki niat kita. Jangan sampai kita berniat hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan kita dan keluarga yang ujung-ujungnya adalah hawa nafsu. Jangan sampai juga kita mencari harta dengan jalan yang dilarang oleh agama.

Berjudi, mencuri, korupsi dan lain-lain. Kesalahan niat dan cara ini tidak akan membuat harta kita menjadi berkah. Berniatlah mencari harta halal karena Allah SWT. Berupayalah dengan segala cara yang dihalalkan oleh agama. Tidak ada pekerjaan yang hina selama yang dikerjakan adalah halal. Rasulullah SAW bersabda:

“Mencari (harta) yang halal adalah wajib bagi setiap Muslim.” (HR ath-Thabrani)

5. Tidak Mensyukurinya

Meskipun kita yang mencari harta dengan segala daya dan upaya kita, namun ketika harta sudah didapat maka harta tersebut adalah pemberian Allah SWT jua. Bukankah ilmu, kekuatan, daya dan upaya kita juga milik Allah SWT juga? Oleh karena itu mensyukuri harta adalah kewajiban setiap muslim. Menyadari bahwa harta adalah titipan Allah SWT, memujinya serta menggunakan harta di jalan kebaikan adalah cara mensyukuri harta. Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim: 7)

6. Menjadi Alat Kesombongan

Bukankah saat ini banyak orang yang berlomba memamerkan kekayaan yang dimilikinya? Entah dengan mengenakan baju dan berbagai aksesoris dari atas kepala hingga ujung kaki bernilai miliaran Rupiah, atau mengoleksi berbagai mobil mewah super mahal di garasi rumahnya.

Waspadalah, perasaan bangga diri dan keinginan pamer ini bisa mengubah harta menjadi musibah sebagaimana yang dialami Qorun! Dalam Alquran surat al Qasas diceritakan betapa Qorun seorang yang hidup di zaman Nabi Musa AS ditenggelamkan ke dalam bumi bersama harta kekayaannya oleh Allah SWT. Sampai sekarang, harta yang terpendam disebut sebagai harta karun.

7. Tidak Ditunaikan Haknya

Harta yang dimiliki tentu saja untuk dimanfaatkan dalam rangka memenuhi kebutuhan diri dan keluarga. Harta juga untuk dishadaqahkan dan dizakatkan. Ketika ada harta berlebih tetapi tidak dishadaqahkan dan tidak dizakatkan, maka saat itulah harta tidak lagi menjadi berkah akan tetapi menjadi musibah. Firman Allah SWT dalam al Quran:

“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka. Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan.” (QS. At Taubah 34-35)

Semoga harta yang Allah SWT titipkan kepada kita tidak menjadi musibah dan selalu menjadi berkah baik di dunia terlebih lagi di akhirat. Aamiin. (fur)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *