Masya Allah, Pantas Jadi Serambi Makkah, Kurma pun Berbuah Lebat

Pohon kurma hampir panen di Aceh (dok)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



ACEH, hajinews.id-Tidak salah kalau Aceh dijuluki Serambi Makkah. Bukan hanya karena daerah ini memberlakukan hukum Islam tetapi tanahnya juga cocok ditanami kurma yang menjadi buah khas Makkah.

Lihatlah Mahdi Muhammad (54). ia akhir-akhir ini rajin berjalan pelan menyusuri perkebunan seluas 18 hektare yang sudah ditanami 2.000 pohon kurma. Sesekali, ia mendekat ke batang untuk mengecek tunas baru yang masih menempel. Lokasi ini awalnya tanah tandus yang kini disulap jadi perkebunan kurma Aceh.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Perkebunan ini terletak di Lembah Barbate di kawasan Blang Bintang, Aceh Besar, Aceh. Mahdi menjadi pelopor perkebunan kurma di sana. Mantan Kepala Bank Indonesia (BI) di Pekanbaru ini awalnya mulai berkebun pada 2015 silam dengan membersihkan 20 hektare lahan mati milik pemerintah.

Tanah di sana tandus dan gersang. Pembersihan pun dilakukan menggunakan alat berat. Setelah kebun jadi, Mahdi mengimpor pohon kurma dari Inggris untuk ditanam di sana. Ada beberapa jenis kurma yang dia tanam namun mayoritas yaitu jenis Barhee.

“Usia pohon kurma di sini baru 26 bulan. Itu sudah kita tanam di lahan seluas 18 hektare,” kata Mahdi saat ditemui di kebun miliknya.

Mahdi membeli bibit kurma seharga Rp 700 ribu perbatang. Pohon-pohon kurma di sana ditanam dengan jarak antara delapan hingga 10 meter. Proses perawatannya tidak jauh beda dengan tanaman lain yaitu menggunakan pupuk organik. Untuk menghemat biaya pupuk, Mahdi mengakalinya dengan memelihara puluhan domba yang dilepas di lokasi setiap hari.

Menurut pria yang pernah bekerja sebagai bankir selama 25 tahun ini, kurma tetap dapat berbuah saat ditanam di Indonesia. Syaratnya, bibitnya harus betina dan memiliki pohon kurma jantan sebagai penyerbuk. Biasanya, dalam waktu tiga tahun kurma sudah mulai berbuah.

“Yang berbuah itu bibit kurma betina. Tanam pohon kurma ini sebenarnya tidak ribet karena pohon kurma Aceh ini juga tahan kering dan dapat bertahan hingga 100 tahun,” jelas Mahdi.

Mahdi kini tak sendiri membuka kebun kurma di sana. Dia dan 78 orang lainnya sudah membentuk Koperasi Petani Kurma Lembah Barbate. Mereka punya lahan dengan luas keseluruhan mencapai 320 hektare. Namun sekarang baru lahan milik Mahdi dan Sukry Syafii (42) yang sudah ditanami tanaman kurma.

Meski tergolong baru, namun beberapa pohon kurma di sana mulai ada yang sudah mulai berbunga dan berbuah. Di dalam perkebunan, mereka juga mendirikan rumah hingga masjid. Listrik PLN juga sudah dipasang ke setiap sudut perkebunan.

Untuk menyusuri perkebunan di sana, harus menggunakan motor ataupun mobil. Jalanan di dalam kebun sudah dibentuk dan baru pengerasan. Hampir saban hari, Mahdi, Sukry dan para pekerja menghabiskan waktu di sana. Mereka kadang baru pulang ketika hari beranjak malam.

“Malam kami sering di sini. Kadang setelah salat Isya baru pulang,” ungkap Mahdi.

Sebelum mulai berkebun, Mahdi pernah melongok perkebunan kurma di sejumlah negara seperti Thailand, Turki, Uni Emirat Arab dan lainnya. Usai pulang dari sana, tekad Mahdi untuk mengelola kebun kurma semakin besar. Selain itu, jelasnya, kurma juga beberapa kali disebutkan dalam Alquran.

Mahdi dan kawan-kawannya kini sudah mengantongi izin impor bibit kurma dari Inggris ke Aceh. Bibit yang baru tiba ditaruh di dalam pot dan diletakkan pada suatu tempat khusus. Pekerja menyirami bibit-bibit ini jika cuaca cukup panas.

Setelah berusia tiga atau enam bulan, baru bibit ini ditanam pada lahan yang sudah dipersiapkan. “Pohon kurma Aceh ini kita tanam di tanah dengan iklim tropis lebih bagus. Di Lembah Barbate ini utamanya kita tanam kurma. Tapi ada juga beberapa tanaman lain,” ungkap Mahdi. (sumber:wisataaceh.co.id/fur).

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar