Ramadhan, Covid, dan Great Habit : Mengapa  Kaum Muslimin Mundur, dan Selainnya Maju?

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Mengapa  Kaum Muslimin Mundur, dan Selainnya Maju?

14 Mei 2020, ba’da Asyar
Oleh: Ali Murtadlo*
Presented by: Kabar Gembira Indonesia (KGI)

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Bukan saya yang bertanya. Tapi, ulama Indonesia dari kerajaan Sambas Kalimantan Syech Muhammad Basyuni Imran  90 tahun lalu. Persisnya pada 1929. Pertanyaan ini diajukan kepada cendekiawan  Mesir Syeh Sayyid  Rasyid Ridha  yang mengasuh majalah Al Manar. Melihat pertanyaan yang berbobot ini, oleh Rasyid Ridha diteruskan kepada intektual terkemuka dari Libanon Syech Amir Syakib Arsalan yang ketika itu sedang berada di Cordoba.

Tiba dari Cordoba, Syakib Arsalan menjawabnya secara berseri  di Al Manar. Pada 1940, Rasyid Ridho mengeditnya, kemudian memberi kata pengantar dan menjadikannya sebuah buku dengan judul seperti di atas. Judul bahasa Arabnya: Limadza taakhara al muslimun, walimadza taqoddama ghoiruhum. Pada 1954 buku ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh H Munawar Chalil dengan judul: Mengapa kaum muslim mundur dan mengapa kaum selainnya maju.

Inilah jawaban Syakib Arsalan: 1. Hilangnya karakteristik unggul: iman, takwa, teguh dengan identitas dan nilai-nilai sendiri. 2. Hilangnya ketaatan kepada pemimpin 3. Tidak ada lagi sifat pemberani, rela berkorban, dan cinta ilmu (sehingga kebodohan dan kejumudan di mana-mana) 4. Terjangkiti penyakit wahm (cinta dunia dan takut mati) 5. Pengecut 6. Ihtiarnya begitu rendah sehingga tidak pantas jika Allah memberi karunia kepada umat yang jumud dan pemalas karena menyalahi sunnatullah itu sendiri. 7. Kerusakan moral dan budi pekerti 8. Kurang rela berkorban harta. 9. Banyaknya ulama yang mendekati penguasa sehingga tidak ada penegur jika penguasa salah, atau malah memberikan fatwa yang merusak agama. 10. Minder dengan idetintasnya sendiri dan cenderung mengikuti peradaban yang bertentangan 11. Menjadikan Islam sebagai agama akherat saja dan sangat abai dengan kehidupan dunia. 12. Anti ilmu hitung, Ipa, dan filsafat karena menganggap bukan berasal dari Islam, padahal cendekiawan muslimlah penemu aljabar dan dasar-dasar kedokteran. 13. Dianggap semuanya itu sudah takdir Allah sehingga kurang kuat berihtiar.

Buku lainnya: Madza Khasiral ‘Alamu  Binhithaathil Muslimin  (kerugian dunia karena kemunduran kaum muslimin) karya Abul Hasan  Ali an Nadwi kurang lebih juga membahas sebab-sebab kemunduran kaum muslimin. Untuk mengembalikannya, kata ilmuwan Muslim India yang banyak mendapat penghargaan dunia ini, harus ada figur yang mengangkat kepercayaan dan kebanggaan umat ini kepada agamanya. Bahwa agama adalah solusi.

Dan, Ahad 5 hari lalu, Wapres Ma’ruf Amin, juga membuat pernyataan yang menohok.   “Cara berpikir yang konservatif menjadi salah satu penyebab mengapa negara-negara berpenduduk mayoritas muslim masih tergolong underdevelopment countries dan mengalami ketertinggalan  dalam ekonomi, pendidikan, dan lain sebagainya,” katanya saat menyampaikan ceramah yang disiarkan TVRI dari kediaman Wapres di Jakarta.

Seperti biasa ada yang prokontra terhadap otokritik seperti ini. Yang terbaik menurut saya mengambil pelajarannya, mengambil hikmahnya, lesson learned-nya. Bahwa ada  PR besar bagi kaum muslimin yang belum terjawab  hingga sekarang ini. Karena itu, menyelesaikannya pun perlu ghirah dan langkah besar.  Siap?

Ali Murtadlo, Kabar Gembira Indonesia (KGI)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *