Belajar Bijak

Hamdan Juhannis
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Belajar Bijak
Oleh: Hamdan Juhannis

Sekiranya anda mendapatkan kesempatan untuk berbincang dengan seseorang yang anda temui pada masa lalu, siapa yang anda pilih untuk bertemu kembali? Sebuah pertanyaan yang dikirim teman tentang kilas balik atau napak tilas rohani.
Saya ingin menjawab pertanyaan ini.
Andai saya memiliki kesempatan kedua, saya ingin bertemu kembali dengan Bapak B.J. Habibie.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Saat itu saya duduk di hadapannya dan betul menggunakan kesempatan menanyakan banyak hal. Saya bertanya tentang bagaimana pesawat itu dibuat. Apa yang terjadi pada pesawat bila mengalami turbulensi. Untuk apa lengkungan ke atas di ujung sayap pesawat. Mengapa sayap pesawat berubah bentuk saat pendaratan. Beliau menjelaskan panjang lebar saat itu tentang pesawat yang dikuasai betul pembuatannya. Bukan hanya saya yang mengatakan tapi dunia mengakuinya. Saya tidak bisa lupa kata-kata kunci pak Habibie saat itu, ‘pesawat tidak dibuat untuk jatuh.’

Sejak mendengar kalimat itu, saya tidak lagi setakut naik pesawat dibanding sebelumnya. Bahkan saya pernah memakai kalimat itu untuk menenangkan seseorang yang mengalami kepanikan di dalam pesawat karena turbulensi yang berkepanjangan. Saya ingat, seorang Ibu beserta dua anaknya duduk di depan saya, dalam penerbangan dari Sydney ke Kualalumpur dengan pesawat ‘Low Budget’. Terjadi goncangan yang dahsyat. Ibu itu ditolong oleh dua kru kabin, diberikan obat oles terhadap jari-jarinya yang tidak bisa digerakkan.

Karena duduknya persis di depan saya, saya terketuk untuk ikut membantu apa saja. Saya bertanya, rupanya Bahasa Melayunya tidak lancar. Lalu saya ulangi, what happened? Dia menjawab di tengah goncangan: I feel scared because of the turbulence. Saya tanya lagi: You know Habibie, the former president of Indonesia? Dia menjawab dengan gemetaran: Of course, why?. Saya terus tanya: You know that he made airplane? Dia jawab: I know he is genius. Lalu saya bilang: I met him before, he said to me that airplane was not made just to crash. He said that airplane was the safest transport. He said that If airplane didn’t shake in the turbulence, something wrong with it. So, please relax! It happened to me too until I heard Habibie say the words. Saya melihat perubahan langsung kondisinya dari cara menarik nafasnya. Dia mulai merenggangkan kembali jari-jari tangannya. Saat mau turun, saya melihatnya sudah menarik dengan santai tangan dua anak kecilnya.

Yah, nama Pak Habibie adalah sejenis kartu garansi. Tapi saya menyesal mengapa saat bertemu saya menghabiskan waktu dua jam hanya bertanya tentang pesawat. Saya membayangkan andai bisa bertemu dengan dirinya lagi seperti pertanyaan pada pembuka tulisan ini, saya ingin bertanya tentang hal paling fundamental dalam hidup yang beliau lakoni dengan sangat mempesona: Cinta sejati Habibie dan Ainun. Saya ingin bertanya bagaimana caranya mengusung cinta yang tidak pernah lekang. Apa sesungguhnya yang terjadi dengan dua insan yang jiwanya saling berpaut, sampai selendang ibu Ainun yang duluan pergi selalu disimpan di bawah bantal, dikecupnya tiap malam menjelang tidur dan dibiarkan tanpa pernah dicuci? Saya ingin bertanya bagaimana cinta itu terajut begitu lekat, sampai separuh jantung ikut pergi saat kepergian Ibu Ainun? Apa yang harus dilakukan untuk membuat keabadian cinta pada manusia yang identik dengan ‘amnesia’?

Beruntung pak Habibie tidak pernah mati secara ‘legacy’; pesawat terbang, buku, film, terobosan politik, dan tentunya monumen cinta di jantung kota Parepare. Sekarang saya bertanya pada anda, siapa yang orang yang pernah anda temui, dan anda ingin menumuinya kembali? Saya ulangi, yang anda pernah temui sebelumnya. Karena saya khawatir ada yang akan menjawab: Elvis Presley.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *