Bank Indonesia dan MUI Ikhtiar Tekan Inflasi

TOT MUI Jateng
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



SEMARANG, hajinews.id,- Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Jawa Tengah Soekowardojo mengajak para kiai dan alim ulama, dai dan mubaligh bersama-sama membantu mensosialisasikan upaya pengendalian inflasi melalui bahasa agama.

“Menghadapi Hari Raya Idul Fitri, kita harus berhati-hati dalam menjaga ekspektasi harga serta konsumsi barang dan jasa. Apabila melihat data historis inflasi selama tiga tahun yang lalu, inflasi pada bulan Ramadhan menjadi lebih tinggi dibandingkan bulan lainnya. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya konsumsi pada beberapa bahan pangan strategis seperti daging ayam, telur ayam, cabai rawit dan bawang merah,’’ katanya.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Dia mengatakan hal itu dalam upacara pembukaan Trinning of Trainner (TOT) tentang bersosialisasi “Belanja Bijak Menjelang Lebaran 1441 Hijriyah di Ruang Suwelagiri, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jateng, Jalan Prof Imam Bardjo, Semarang,  Selasa (19/5).

Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jateng Dr KH Ahmad Darodji menjelaskan, kegiatan TOT merupakan ikhtiar bersama BI-MUI dalam rangka menekan angka inflasi menjelang Idul Fitri 1441H. Tampil sebagai pembicara Wakil Ketua Umum MUI Jateng sekaligus guru besar hukum Islam UIN Walisongo Prof Dr Ahmad Rofiq MA dan Kepala Group Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPw Bank Indonesia Jawa Tengah, Iss Savitri Hafid. TOT diikuti para ulama dan pengurus MUI Jateng.

“Melalui bahasa agama, para kiai diharapkan menyampaikan budaya hidup hemat, tidak boros dan berlebih-lebihan (isyraf). Berlebih-lebihan itu dilarang agama,’’ kata Kiai Darodji.

Soekowardojo menjelaskan, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinyu) yang disebabkan berbagai faktor seperti gangguan produksi, kenaikan biaya produksi, ketidaklancaran distribusi barang, konsumsi masyarakat yang meningkat, dan ekspektasi harga.

’Banyak sekali manfaat yang akan kita dapatkan bila inflasi terkendali, antara lain kesejahteraan yang meningkat karena daya beli tetap terjaga dengan baik, meningkatnya pertumbuhan ekonomi yang yang disebabkan oleh harga yang stabil sehingga dunia usaha dapat berkembang dengan baik,’’ katanya.

Iming-iming Diskon

Ketum MUI Jateng Dr KH Ahmad Darodji MSi menduga kuat, iming-iming diskon dalam situasi lebaran, berpotensi memicu orang untuk memborong barang-barang, meski kadang barang tersebut tidak diperlukan. Masyarakat tergiur hanya karena harga murah. Padahal, diskon seperti itu hanya sebagai pancingan agar barang-barang yang terbeli semakin banyak.

“Pada gilirannya pengusaha tidak pernah rugi dengan penawaran diskon seperti itu, maka masyarakat perlu waspada, karena cara memborong seperti itu akan memicu inflasi sehingga nilai mata uang kita semakin berkurang,” tegasnya.

Di sisi lain, harga-harga kebutuhan lebaran yang naik tajam sebagai penyebab inflasi. Ketika lebaran berakhir, harga barang turunnya tidak bisa normal. Misalnya saat lebaran harga naik Rp 25, maka ketika usai lebaran penurunan tidak sebesar Rp 25, tetapi hanya Rp 20. Hal ini yang memicu inflasi. “Belanjalah kebutuhan lebaran seperlunya tidak perlu berlebihan,” pintanya.

Guru Besar Hukum Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Prof Dr Ahmad Rofiq MA mengingatkan, tuntunan agama mengajarkan umat agar ibadah puasa sempurna kewajiban terkait kebendaan, zakat, infak, sedekah, wakaf, hibah, harus dipenuhi dulu. Setelah itu baru berbelanja lebaran sesuai kebutuhan bukan sesuai keinginan.

“Agar dapat memenuhi semua kebutuhan penyempurnaan puasa dan lebaran, umat Islam harus pandai mengatur belanja, karena dalam waktu bersamaan, Islam memerintahkan untuk menyiapkan tabungan dunia dan akhirat. Tabungan dunia, karena kita diperintahkan berbuat untuk urusan dunia seakan hidup selamanya dan berbuat urusan akhirat, kita diperintahkan bersungguh-sungguh, seakan-akan akan mati besok pagi,’’ tegas Wakil Ketua Umum MUI Jateng itu.

Prof Rofiq meminta umat melaksanakan firman Allah dalam Alquran Surat Al-Furqon ayat 67, agar kita selamat dan tidak termasuk golongan orang-orang yang memubadzirkan barang, karena pemborosan adalah bagian dari sikap dan bersaudara dengan setan.

Menurut Iss Savitri Hafid, kegiatan TOT untuk para kiai dan alim ulama tersebut sebagai edukasi mengendalikan inflasi dan imbauan untuk berkonsumsi secara bijak di saat lebaran. “Kita gunakan pendekatan agama untuk edukasi ini,” tegasnya.

Kepala Group Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPw BI Jateng, Iss Savitri Hafid menegaskan, inflasi berpotensi memperbanyak angka kemiskinan, akibat nilai rupiah merosot dan tidak dapat mencukupi kebutuhan keluarga. Kemiskinan akibat inflasi dapat melanda masyarakat umum seperti 1998 saat krisis ekonomi. Maka, BI sekuat tenaga menekan laju inflasi antara lain lewat pengetatan suku bunga perbankan.

Misalnya di awal Ramadan ini, katanya, diwarnai krisis pasokan gua pasir sehingga memicu kenaikan inflasi. Salah satu cara mengatasinya dengan dilakukan operasi pasar hingga harga menjadi normal kembali. (Agus Fathuddin Yusuf)

Keterangan Foto:
BELANJA BIJAK : Dari kiri ke kanan Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Jawa Tengah Soekowardojo, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah Dr KH Ahmad Darodji dan Guru Besar Hukum Islam UIN Walisongo Prof Dr Ahmad Rofiq MA saat menjadi pembicara Training of Trainers Belanja Bijak Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1441 H di Ruang Suwelagiri, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jateng Jalan Prof Imam Bardjo Semarang, Selasa (19/5).–(agus fathuddin)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar