Muhammadiyah Tolak Damai dengan Covid-19

Ketua MCCC Agus Syamsuddin (dok)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



JOGJAKARTA, hajinews.id,- Seperti unjuk rasa mahasiswa, hanya ada satu kata: lawan! Begitulah sikap Muhammadiyah dalam menghadapi Covid-19 dalam konferensi pers di Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah Cik Di Tiro, Jogjakarta, Rabu (20/5). Muhammadiyah menolak damai dengan Corona dengan mengendorkan PSBB.

Ketua MCCC (Muhammadiyah Covid-19 Command Center) Agus Samsudin mengatakan, mengendorkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dan berdamai dengan virus Corona di saat seperti ini bukan sikap yang tepat. Sebab angka penularan masih tinggi. Kalau dilonggarkan nasib tenaga medis dan masyarakat dipertaruhkan.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

”MCCC menyampaikan sikapnya untuk terus melawan penyebaran Covid-19, menolak berdamai dengan Corona,” kata Agus. “Mengendorkan PSBB bukan keputusan tepat. Karena indikator perkembangan wabah Covid-19 trennya masih naik.”

Jumlah pasien dan korban meninggal masih tinggi  justru harus disikapi dengan peningkatan upaya perlawanan terhadap penyebarannya. Karena itu Muhammadiyah menolak berdamai dengan Covid-19 sebelum grafik penularan menurun.

”Para tenaga kesehatan saat ini bertaruh nyawa menyelamatkan mereka yang terpapar virus Corona, mereka harus dijaga agar dapat bekerja dengan baik dan tidak tertular,” ujarnya.

Sebagai wujud perlawanan terhadap penyebaran Covid-19, sambung dia, Muhammadiyah melalui jaringan strukturnya dari pusat hingga ranting terus melakukan berbagai upaya penanganan wabah Covid-19 di Indonesia.

Dijelaskan, kebijakan penanganan Covid-19 dibuat di tingkat Pimpinan Pusat dan diterjemahkan dalam aksi di lapangan dengan ujung tombaknya berada di Pimpinan Cabang (PCM) dan Ranting Muhammadiyah (PRM), dan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM).

Peran PCM dan PRM

Sementara Ketua Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting (LPCR) PP Muhammadiyah  Ahmad Norma Permata menyatakan, peran PCM dan PRM dalam kerja-kerja penanganan wabah Covid-19.

”Cabang dan ranting yang selama ini bersentuhan langsung dengan persoalan keseharian warga dan terhubung secara horisontal dengan struktur pemerintahan kecamatan, desa sampai RT-RW,” tuturnya.

Saat ini sudah terbentuk 3.849 PCM dari 7.100 kecamatan di seluruh Indonesia dan 13.612 PRM dari 81.935 desa dengan persebaran paling banyak masih berada di Pulau Jawa. Dari jumlah tersebut terdapat 19 PCM dan 23 PRM masuk kategori unggulan

PCM dan PRM masuk kategori unggulan, menurut Ahmad Norma Permata, karena memenuhi beberapa indikator antara lain pembinaan jamaah (pengajian rutin yang dikelola dengan baik, Muhammadiyah menjadi rujukan ibadah, loyalitas), manajemen organisasi, kaderisasi dan partisipasi anak muda, pemberdayaan ekonomi warga persyarikatan, memiliki AUM unggulan yang mencerminkan Muhammadiyah yang berkemajuan (kreatif, inovatif, solutif) dan daya pengaruh ke umat dan penguasaan media.

Hingga hari ini Muhammadiyah sudah mengucurkan dana total Rp 143,458 miliar untuk penanganan wabah Corona. Jumlah penerima manfaat 2.322.922 jiwa tersebar di 30 provinsi yang sudah membentuk struktur MCCC.

Muhammadiyah melalui MCCC berkomitmen untuk mendukung upaya pencegahan melalui edukasi dan sosialisasi. Bekerja sama dengan DFAT-pemerintah Australia dan UNICEF, MCCC melakukan program campaign-risk management di 24 provinsi. (*/fur/pwmu.co)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *