Daftar Donatur Palestina
JAKARTA, hajinews.id – Pengembalian mantan Menteri Kesehatan (Menkes) Siti Fadilah Supari ke Rutan Pondok Bambu menuai kecaman keras. Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono menyebut langkah tersebut adalah bentuk upaya pembunuhan terhadap terpidana korupsi Alkes tersebut.
Sebab, kata Arief, tindakan mengembalikan Siti ke Pondok Bambu bertentangan dengan aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan akal sehat. “Sudah benar mengeluarkan Siti Fadilah dari Pondok Bambu yang berisikan 50 orang lebih positif Corona. Ini kok malah sekarang dibalikin lagi ke dalam? Kemenkum HAM apa enggak paham ini keadaan darurat? Mengembalikan ke Pondok Bambu itu upaya pembunuhan pakai Corona terhadap Siti Fadilah,” kata Arief seperti dilansir dari jpnn, Senin (25/5/2020).
Arief menegaskan sudah menjadi pengetahuan publik bahwa kondisi penjara yang terisolasi dengan 50 orang positif di dalamnya, membuat Siti Fadilah sangat rentan terpapar Covid-19. Terlebih lagi usianya sudah di atas 70 tahun.
“Usianya sudah di atas 70 tahun. Penyakitnya asma, outoimmune dan berbagai penyakit lainnya. Dikurung di dalam penjara dan tidak bisa diakses. Mengembalikan ke Pondok Bambu itu tindakan sengaja. Kalau terjadi sesuatu siapa yang tanggung jawab?” jelas Arief.
Bahkan, kata dia, seharusnya pemerintah mengambil pelajaran dari pengalaman menteri era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu yang dulu berhasil dalam menangani wabah flu burung.
Sebelumnya, Siti Fadilah menjalani perawatan akibat penyakit asma yang dia derita di RSPAD Gatot Soebroto. Setelah dinyatakan sembuh oleh tim dokter, dia kembali dibawa ke rutan yang kini menjadi zona merah penyebaran Covid-19, meskipun sempat menolak.
Adapun terkait persoalan pertemuan Deddy Corbuzier dengan Siti Fadilah yang pembicaraan mereka sudah tayang di YouTube dan ditonton lebih dari 3 juta kali, menurut Arief, tidak ada yang salah dengan silaturahmi keduanya.
“Isinya sesuai dengan garis pemerintahan Jokowi dan pelajaran tentang bagaimana menghadapi wabah Flu Burung yang bisa digunakan saat ini. Seharusnya pemerintah memetik pelajaran dari pengalaman Siti Fadilah untuk mengatasi Corona saat ini,” jelasnya.
Tidak itu saja, Arief juga menilai pernyataan Dirjen PAS Kemenkum HAM yang mengatakan wawacancara tersebut tidak berizin terlalu mengada-ada dan justru mencoreng pemerintahan Jokowi yang sedang sibuk menghadapi Corona.
“Jangan lebay-lah. Bikin malu saja. Sebelumnya juga sudah berkali-kali wawancara dilakukan wartawan saat Siti Fadilah di dalam penjara. Semua media massa memuat pernyataan Bu Siti yang isinya bagaimana mengatasi Corona,” ucap Arief.
Oleh karena itu, dia menyarankan Kemenkum HAM melakukan evaluasi, serta mengurus semua tahanan yang positif corona karena itu membahayakan tahanan lainnya. Bila dibiarkan, kementerian yang dipimpin Yasonna H Laoly bisa dipersalahkan akibat melakukan pembiaran terhadap kondisi yang membahayakan nyawa orang lain.
“Melepaskan penjahat kriminal beberapa waktu lalu sudah salah karena justru membahayakan masyarakat. Sekarang dengan memasukkan orang berisiko seperti Siti Fadilah kembali ke penjara Pondok Bambu yang sudah zona merah corona tambah salah lagi,” tegasnya. (rah)
