Indef: Skenario Normal Baru Sulit dan Perlu Biaya Besar

Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad (Foto: ist)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



JAKARTA, hajinews.id – Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad meminta kepada pelaku usaha agar dapat menyiapkan protokol kesehatan yang tepat dalam rangka menyambut kondisi normal baru atau new normal.

“Menurut saya ada beberapa syarat untuk menjalankan new normal, salah satunya adalah syarat teknis yang harus dipenuhi seperti social distancing dan protokol kesehatan,” katanya  di Jakarta, Rabu (27/5/2020).

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Tauhid mengatakan persiapan protokol kesehatan menjadi hal utama dalam menyambut kondisi normal baru mengingat kasus COVID-19 di Indonesia masih tergolong tinggi dan belum menunjukkan adanya penurunan. “Tidak apa-apa sosialisasi soal new normal tapi ini lihat dulu indikator (protokol kesehatan) yang penting,” ujarnya.

Tauhid menuturkan terkait rencana pemerintah yang mulai membuka kembali aktivitas perekonomian seperti tempat perbelanjaan akan membutuhkan penanganan dan persiapan protokol kesehatan yang berbeda-beda. “Apa pasar dan mal siap dengan situasi seperti itu karena agak berat, terutama bagi usaha yang sangat mengandalkan kerumunan massa, termasuk mal akan berkurang separuh,” jelasnya.

Menurutnya, dalam mempersiapkan protokol kesehatan membutuhkan biaya banyak dan tidak mudah, seperti restoran yang harus menyiapkan tempat makan dengan tingkat privasi lebih tinggi karena tidak bisa memasukkan orang lebih banyak. “Ini tidak mudah dan perlu biaya. Bukan sekadar mal dibuka tapi masing-masing usaha juga harus diatur,” tegasnya.

Tak hanya itu, Tauhid juga menegaskan kesadaran masyarakat terkait physical distancing turut menjadi prioritas, sehingga pemerintah masih perlu terus memberikan sosialisasi tentang protokol kesehatan yang baik dan benar. “Masyarakat kita agak kurang begitu baik dan cenderung abai bisa dilihat dari antusias mudik,” ujarnya.

Ia mengatakan adanya pengawasan terhadap kesehatan maupun sanksi kepada pelanggar juga sangat dibutuhkan, sehingga skenario normal baru dapat terlaksana dengan baik tanpa menambah jumlah kasus COVID-19. “Pelaksanaan new normal butuh orang mengawasi jauh lebih banyak, tapi susah kalau hanya mengandalkan kesadaran masyarakat apalagi tidak ada sanksi,” katanya.

Tauhid memperkirakan kebijakan pemerintah terkait kenormalan baru akan mampu mendorong sektor usaha untuk bisa berproduksi dan normal kembali sehingga perekonomian perlahan membaik.

Di sisi lain ia menyatakan upaya perbaikan ekonomi akan membutuhkan waktu lama dan upaya besar mengingat dalam tatanan normal baru masyarakat tetap mengonsumsi barang-barang yang termasuk kebutuhan primer.

“Dunia usaha juga sedang punya beban keuangan yang lebih berat sekarang karena mereka masih punya tanggungan likuiditas yang kurang untuk kebutuhan belanja, untuk modal kerjanya,” kata Tauhid.

Sementara itu pakar epidemologi Universitas Gadjah Mada (UGM) dr Riris Andono Ahmad atau yang biasa disapa dr Doni menjelaskan banyak hal yang harus diperhatikan pemerintah sebelum benar-benar memberlakukan normal baru.

“Itu menjadi hal yang perlu kita perhatikan. Kapan itu (normal baru) dijalankan jelas akan berbeda-beda berdasarkan wilayah, karena transmisi COVID-19 tidak merata di Indonesia,” kata dr Doni seperti dikutip dari detik, Selasa (26/5/2020).

Dia melanjutkan, new normal bisa dilakukan ketika infeksi virus Corona sudah terkendali. Tentunya harus ada indikator yang jelas untuk menyatakan virus itu sudah terkendali. “Ketika kemudian COVID-19 sudah terkendali yakni ada indikator misalnya jumlah penularannya rendah, tidak ada lagi klaster besar kemudian juga kemampuan diagnosis dan penemuannya sudah memadai kemudian punya fasilitas untuk karantina, maka itu (normal baru) bisa mulai dilakukan,” jelasnya.

Untuk menerapkan normal baru, menurut dr Doni harus mengubah proses bisnis. Yaitu dengan memasukkan protokol pencegahan COVID-19 di semua sektor.

“Tapi kemudian harus melihat bagaimana cara melakukannya, yang pasti harus mengubah proses bisnis di semua sektor. Yaitu harus memasukkan komponen social distancing dan pencegahan penularan,” terangnya. “Kemudian ada juga fasilitas untuk mencegah infeksi, orang harus pakai masker, harus cuci tangan, hindari kontak,” lanjutnya.

Menurutnya, semua protokol ini harus disiapkan. Sembari menyiapkan protokol, dia juga meminta agar masyarakat diberi pendidikan terkait pencegahan Corona. “Jadi isunya di situ, mulai dari kapan itu harus dilaksanakan, dan itu berdasarkan apakah sudah terkendali atau tidak transmisinya dan kemudian bagaimana cara melakukan new normal itu,” tegasnya. (rah/berbagai sumber)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *