FKUI: Corona Bukan Pandemi Biasa, Jadi Jangan Main-main

FKUI. (Foto/net)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



JAKARTA, hajinews.id – Dokter Spesialis Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI, Menaldi Rasmin menegaskan pada era Normal Baru ada tiga hal yang harus dipegang, pertama adalah pedoman pandemi COVID-19.

“Jadi jangan main-main. Pandemi ini adalah pandemi infeksi virus, lebih berat dari bakteri, infeksinya saluran pernapasan, ini bukan pandemi biasa,” tegas Menaldi di Jakarta, Kamis (28/5/2020).

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Kedua, lanjut dia, gaya hidup menghadapi pandemi. Ketiga adalah menahan penyebaran COVID-19 dari hulu atau masyarakat.

“Dalam hal ini, edukasi, informasi, kegiatan pencegahan dan deteksi dini musti kuat supaya kasus-kasus yang didapatkan adalah yang masih baru dan ringan sehingga tidak perlu kita bertemu kasus-kasus yang berat,” paparnya.

Dengan begitu, menurut dia, pemerintah tidak perlu takut dengan menghidupkan kembali kegiatan-kegiatan roda ekonomi.

Menurut Menaldi kegiatan ekonomi di tengah pandemi COVID-19 dapat tetap bergerak asalkan penerapan standar pencegahan penyebaran COVID-19 dilaksanakan secara ketat.

“Kita tidak bisa membiarkan ekonomi berhenti, mana ada negara ekonomi berhenti, jadi pabrik musti jalan, saya setuju,” ujar Menaldi.

Ia mengusulkan setiap pabrik memiliki asrama pegawai dan rumah sakit agar tidak terjadi penularan dari luar ke dalam pabrik maupun sebaliknya.

“Jadi karyawan tidak boleh pulang supaya tidak terjadi penularan dari luar ke dalam atau dari dalam ke luar. Industri jalan tapi tetap dalam pemantauan yang kuat, bila ada yang sakit dirawat di sana,” ucapnya.

Sementara pegawai kantor, lanjut dia, manajemen kantor setempat harus sudah menetapkan atau merujuk rumah sakit bagi pegawainya jika terpapar COVID-19.

Adapun untuk kegiatan pendidikan, menurut Menaldi, masih dapat dilakukan pembelajaran jarak jauh. Namun, untuk bidang kedokteran dan psikologi diharapkan dapat dilaksanakan secara tatap muka.

“Mungkin pengecualian bagi bidang kedokteran atau psikologi, karena untuk melatih dirinya menjadi mampu menghadapi pasien, tapi yang lainnya masih bisa dengan pembelajaran jarak jauh, kita juga sudah terbiasa selama dua bulan ini menggunakan sistem pembelajaran jarak jauh,” katanya.

Sementara itu Ketua Satgas Kewaspadaan dan Kesiagaan Covid-19 dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof Dr Zubairi Djoerban kurang setuju dengan wacana penerapan new normal oleh pemerintah. Menurutnya, ada tahapan yang perlu dilalui jika ingin menerapkan kebijakan New Normal. Jadinya, ia kurang sependapat jika wacana tersebut diterapkan dalam waktu dekat.

“Memang intinya kalau New Normal akan dilakukan besok, ya tidak bisa lah,” ujar Zubairi Djoerban, Rabu (27/5/2020).

Menurut Prof Zubairi, New Normal baru bisa diterapkan ketika kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sudah mulai dilonggarkan. Untuk melonggarkan PSBB, kata Zubairi, ada cukup banyak persyaratannya. Saat ini, Indonesia belum memenuhi persyaratan untuk melonggarkan PSBB. (rah/berbagai sumber)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *