Merubah

Drs.H. Achmad Zacky Siradj
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



MERUBAH

Oleh : Drs.H. Achmad Zacky Siradj ( Ketua Umum IKALUIN Jakarta dan Ketua Umum PB HMI Periode 1981-1983 )

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Biarkan saja sesuai susunan bentuk aslinya tak perlu merubahnya, tapi kelihatannya agak ribed dan sempit sekali, ya kalau begitu silahkan merubahnya, yang pentingbisa kerja, betah dan menyenangkan. Tuh kan, dengan sedikit saja merubah letak meja dan kursinya, ruangan ini menjadi kelihatan luas.

Sesungguhnya jika dia mau bisa saja merubah sikapnya, kesan yang selama ini melekat pada dirinya, belum tentu juga mewakili hati dan perasaannya, kendati kita sama tahu bahwa cerminan hati itu nampak pada prilakunya, walaupun tidak selamanya demikian. Lebih lagi jika ia seorang publik pigur, berbuatlah sewajarnya jangan kemudian merubah-rubah sikap sebegitu rupa karena sekedar untuk berusaha menyenangkan publik, yang pada gilirannya kemudian menjadi ketawaan orang, karena nampak kentalnya pencitraan. Sedangkan pencitraan boleh jadi kebohongan, yang berarti sikapnya itu, menglabui publik, berbuatlah sewajarnya jangan kemudian merubah-rubah sikap sebegitu rupa karena sekedar untuk , yang pada gilirannya kemudian nampak . Sedangkan pencitraan boleh jadi kebohongan berarti sikapnya itu untuk mengelabui publik, membohongi publik, meperdaya publik, yang pada gilirannya nanti, publik akan mengetahui bahwa mengei bahwaucapan dan prilakunya itu adalah kebohongan. Dan bila ini yang terjadi maka sulit untuk merubah opini publik.

Salah satu bidang yang berhubungan dengan publik itu adalah bidang pendidikan, tugas yang berhubungan dengan publik itu adalah bidang pendidikan, tugas pendidikan itu adalah bagaimana bisa merubah prilaku publik, komunitas, seseorang, yang misalnya tadinya tidak disiplin menjadi disiplin, yang tadinya tidak mengucapkan salam, lalu mengucapkan salam, yang tadinya tidak mau bantu-bantu orang tuanya di rumah, kemudian menjadi rajin membantu orang tuanya. Semuanya itu karena tentu akibat proses yang intens bagaimana merubah cara pandang, yang kemudian melahirkan pengetahuan, dan atas dasar pengetahuannya itulah dapat merubah sikap dan perbuatannya. Namun demikian memang tidak automatically juga bahwa tinggi dan luasnya pengetahuan itu tidaklah serta merta kemudian diiringi prilaku santun dan arif dengan etika pergaulan yang muliya, pantasan orang-orang yang berilmu itu harus selalu belajar merunduk, agar pengetahuan yang tinggi itu merefleksi dalam perbuatannya, tidak kemudian menjadi sombong yang melahirkan sikap takabur, pantas ada ungkapan orang-orang tua, penguasaan ilmu dan pengetahuannya boleh kita banggakan, tapi etika dan akhlaqnya sungguh mengecewakan.

Seiring dengan perkembangan bangsa-bangsa didunia, maka untuk menjadi suatu bangsa, tentu mengalami suatu prosesnya yang relatif cukup panjang, setiap bangsa punya latar belakang sejarah yang berbeda-beda, misalnya tentang suatu bangsa itu memperoleh kemerdekaannya, ada yang merupakan pemberian penjajah, sehingga menjadi anggota negara persemakmuran, tapi juga ada yang berjuang mengusir penjajahnya, merubah nasib dari negara jajahan menjadi negara merdeka, hingga memproklamirkan kemerdekaannya, inilah yang kemudian disebut dengan merubah jalan sejarah. Bagi para pemimpin yang memiliki visi dan integritas tinggi, maka mimpi ingin merubah jalan sejarah kadang menjadi obsesinya, merubah masyarakat bangsanya yang miskin menjadi berkesejahteraan, bangsanya yang ketinggalan, keterbelakangan menjadi berkemajuan, bangsanya yang bodoh, tidak berpengetahuan merubahnya menjadi terpelajar, berpengetahuan dan cerdas. Tapi tidak sedikit bangsa yang punya presiden atau perdana menteri, yang dimana jabatannya ini hanyalah sekedar memenenuhi kelengkapan administrasi kenegaraan saja. Negara bangsa itu punya presiden atau perdana menteri tapi sesungguhnya masyarakat bangsa tersebut belum punya pemimpin.

Lahirnya pemimpin memang ada masanya, seperti hadirnya para nabi dan rasul, ada saatnya, hingga kemudian nabi dan rasul akhir zaman. Mereka hadir untuk merubah suatu keadaan yang dengan merubah keadaan tersebut kedudukan manusia kembali berada dalam derajat dan martabatnya sebagai makhluk yang muliya, yang sesuai semula ciptaan-Nya, sebaik-baik ciptaan Tuhan (ahsanu taqwim). Karena itu kehadiran para nabi dan rasul, sebagaimana sejarah menginfokan pada kita, selalu berlawanan dengan keadaan dimana para nabi dan rasul itu hadir, sepertinya sebagai seorang yang aneh (gharib), dan membawa ajaran nilai yang akan kembali aneh (saya’udu kama bada a), karena memang tugasnya adalah untuk merubah kebiasaan prilaku yang hidup dan berkembang pada masyarakat saat itu dan untuk hari esok, yang kebiasaan prilaku tersebut berlawanan/bertentangan secara diametral dengan fitrah kemanusiaan universal yang cenderung memihak dan membela ethika kehidupan (makarimal akhlaq).

Walaupun kita mengetahui seperti ungkapan orang jawa bahwa watuk (batuk) bisa diobati, sementara watak tidak ada obatnya, sulit merubahnya, tidak mudah diperbaiki, tapi tentu saja dengan usaha yang ulet, tekun dan tentu kuasa Tuhan di atas segalanya itu, tentu akan menemukan obat serta akan dapat merubah watak dirinya. Sebab jika memang Tuhan menghendaki kepada siapa saja diantara hamba-hambanya yang akan disayanginya maka dimudahkanlah dalam memahami nilai-nilai hidup yang bersumber dari agama (tafakkahu fiddin). Sehingga watak tabiat kebiasaan juga bisa berubah, sebagaimana pula nasib suatu msyarakat bangsa tidak akan pernah akan berubah kearah yang lebih baik, berkemajuan, berkejahteraan, berkecerdasan, hingga masyarakat bangsa itu sendiri yang akan merubahnya (hatta yughayyiru ma bianfusihim).

Wa Allahu a’lam (azs, 462020)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *