Mengulangi

Drs.H.Ahmad Zacky Siradj
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



MENGULANGI

Oleh : Drs.H.Ahmad Zacky Siradj/Ketua Umum IKALUIN/Ketua Umum PBHMI 1981-1983.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Anak-anakku sayang… coba ulangi, demikian perintah guru kepada siswa anak asuhnya. Jika diperhatikan setiap guru taman kanak-kanak katika memberikan pelajarannya tidak terlepas dari kata mengulangi. Di sekolah dasar (sd) tahun enam puluhan (1960an) yang saat itu namanya sekolah rakyat (sr) bila mengukur kepandaian siswa disebut dinamakan dengan ulangan yang tiada lain adalah ujian, jadi bila ujian akhir disebut dengan ulangan unum. Jadi sesungguhnya ulangan itu adalah mengulangi pelajar yang sudah diberikan dalam bentuk pertanyaan. Sehingga mengajar atau memberi pelajaran saat itu adalah membangun daya ingatan, memberi pelajaran atau mengajar disebut juga dengan mengulang.

Jadi bukan saja kala tk atau sd/sr mengulangi pelajaran, tapi disadari atau tidak proses kehidupan keseharian yang semua kita jalani adalah merupakan proses mengulangi, makan minum, tidur bangun, kerja istirahat, naik turun-turun naik. Tetapi disamping ada yang secara rutin harus mengulangi, tapi juga ada yang tidak harus mengulangi. Sebagaimana disekolah dulu bila berbuat nakal maka diberi hukuman, agar tidak mengulangi perbuatan tersebut, tapi sebaliknya bila selalu disiplin, rajin belajar dan punya prestasi yang baik maka mendapat pujian dari sang guru, dianjurkan untuk terus mengulangi agar tetap rajin belajar, malah bila ada murid yang mengulangi kenakalannya, sang guru sering mengulangi pula menyebut murid yang rajin itu sebagai contoh tauladan kepada murid yang nakal khususnya dan kepada para murid yang lainya.

Demikian pula mengulangi ini dialami negara yang menganut sistim demokrasi yang mengatur pergantian kepemimpinan nasional juga daerah, berikut pergantian anggota perwakilan rakyat dan daerahnya dengan selalu mengulangi secara rutin setiap lima tahun sekali menyelenggarakan pemilihan umum, pemilu. Seperti bawaan lahir selalu saja mengulangi permasalahan yang sama malah terkadang akut, tadinya diharapkan dapat mengejawantahkan kedaulatan rakyat, sebagai bentuk partisipasi rakyat yang langsung ikut memutuskan, juga sebagai forum musyawarah akbar dimana rakyat ikut terlibat menentukan masa depan nasibnya, sepertinya telah menemui jalan buntu, terjadi cacat dan kecelakaan disana sini dan yang lebih memprihatinkan selalu mengulang dosa lama, malah adakalanya juga lebih akut…?

Namun begitu demi menjaga keutuhan bangsa, agar tidak terjadi konflik berkepanjangan sebagai buntut pemilu, dikalangan elit politik ditempuh jalan islah (fa aslihu baina kulubikum). Seiring dengan itu tentunya juga harus terpikirkan bagaimana meperbaiki sistim pemilunya, sekaligus membangun budaya politiknya yang sehat dan dewasa dari para pemangku kepentingannya, sehingga pemilu juga bisa diharapkan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari upaya membangun keadaban manusia Indonesia, sehingga kemudian dapat terlaksana suatu pemilu yang berkeadaban.

Dalam ritual keagamaan mengulangi inipun merupakan kemustian, mendo’akan saja misalnya, senantiasa mengulanginya, seakan tidak mengenal bosan dan habis-habisnya, takan berakhir selama hayat, malah ungkapan kata-katanyapun sering sama dan senada, seperti diantaranya memohon kebahagiaan dunia dan kebahagiaan dikeabadian (fiddunya hasanah wa filakhirati hasanah), seiring dengan itupun kita mengtahui bahwa do’a itu merupakan ruhnya ibadah (addu’a u ruhul ibadah). Do’a itu berada didalam semua ibadah dan semua ibadah itu adalah do’a. Begitu pula kala berdzikir, mengulangi ungkapan kata yang sama dan senada, ada yang jumlah bilangan yang ditentukan atau dengan tiada batas, seperti mengucapkan maha suci Tuhan (subhanallah), segala puji bagimu Tuhan (alhamdulillah), maha besar Tuhan (Allahu akbar). Begitu juga pengkhutbah, khatib dikala menyampaikan wejangan khutbahnya ada pakemnya (sarat rukun) sehingga selalu mengulangi ungkapan-ungkapan yang sama, kendati khatibnya berganti berbeda. Diantara ungkapan itu yang sepertinya tidak asing ditelinga kita atau yang relatif cukup populer, mengingatkanmu dan diri sendiri, agar senantiasa berada dalam peradaban muliya (usikum wanafsi bitaqwallah).

Sungguh indah memang mengulangi itu, seperti mengganti bunga dalam jembangan, mengganti mengulangi bila bunga telah layu, pada hari tertentu atau bila telah seminggu, dengan penuh keceriaan, kegembiraan dan keelok rupawan dari aneka indah warna bunga. Berdialog dengan keindahan, lebih lagi dengan yang punya keindahan, yang maha indah, terus terangkai menyambung dan mengulangi setiap hari, pagi siang petang dan malam, berruku dan sujudlah, karena dengan cara itu dapat selalu mengingat yang maha indah (aqimish shalata lidzdzikri). Wa Allahu a’lam (azs 1562020).

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *