Nasib Rupiah: Keok Lawan Dolar AS, Melempem Lawan Mata Uang Asia

(Foto ilustrasi.dok)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



JAKARTA, hajinews.id – Setelah sepanjang sepekan lalu nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah, rupiah kembali mengalami tekanan sejak awal pekan ini hingga kemarin. Pelemahan mata uang Garuda tidak hanya terjadi di hadapan dolar AS, rupiah juga sempoyongan ketika berhadapan dengan mata uang Asia.

Pada sepanjang pekan lalu, rupiah terdepresiasi 1,44% terhadap dolar AS secara point-to-point. Mayoritas mata uang Asia lainnya juga melemah di hadapan greenback, tetapi tak ada yang separah rupiah nasibnya.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Bahkan keoknya  rupiah juga terlihat kala berhadapan dengan mata uang negara-negara tetangga. Rupiah melemah paling dalam di hadapan yen Jepang, depresiasinya mencapai 4%.

Rupiah dalam dua pekan terakhir seperti kehilangan performanya. Hal ini disebabkan sentimen di pasar keuangan global yang memburuk akibat kekhawatiran akan risiko terjadinya gelombang serangan kedua virus Corona (Covid-19).

Penambahan jumlah pasien positif Corona di seluruh dunia, termasuk Indonesia terus terjadi. Bahkan penambahan jumlahnya signifikan, khususnya Indonesia. Melonjaknya jumlah kasus membuat Indonesia kini menjadi negara dengan pasien positif Covid-19 terbanyak di Asia Tenggara.

Oleh karena itu muncul kekhawatiran dari kalangan investor bahwa jika kasus Covid-19 terus bertambah dalam jumlah besar, bukan tidak mungkin pemerintah Indonesia kembali mengetatkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Apabila PSBB kembali diperketat, maka prospek ekonomi Indonesia dipastikan bakal suram.

Berkaca pada pemberlakuan PSBB yang hanya sekitar sebulan pada kuartal I-2020, membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 2,97%, terendah sejak 2001. Pada kuartal II-2020, ketika PSBB berlaku hampir sepanjang periode, hampir sangat pasti pencapaiannya lebih rendah. Bahkan kemungkinan besar terjadi pertumbuhan negatif alias kontraksi.

Ancaman Corona memang sangat mengerikan bagi perekonomian pada umumnya, tak terkecuali bagi nilai tukar rupiah. Pelemahan rupiah yang terkini terjadi pada sepanjang Selasa kemarin (23/6/2020). Kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa tertekan, meski pasar juga masih berharap ekonomi bisa pulih di tengah pandemi.

Pada pukul 9.45 WIB rupiah melemah 60 poin atau 0,43 persen menjadi Rp14.210 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.150 per dolar AS. “Rupiah masih tertekan. Sebagian pelaku pasar masih khawatir mengenai peningkatan jumlah kasus positif di dunia dan gelombang kedua di beberapa negara yang sudah membuka kembali perekonomiannya,” kata Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Selasa pagi (23/6/2020).

Menurut Ariston, sentimen tersebut masih berpeluang menekan harga aset-aset berisiko di jam pasar Asia sepanjang Selasa. Rupiah masih berpeluang tertekan karena sentimen tersebut. Namun di sisi lain, lanjutnya, pasar masih berharap terhadap potensi pemulihan ekonomi di tengah pandemi. Indeks saham AS semalam positif karena harapan tersebut.

“Jadi dua sentimen ini masih beradu, tinggal mana yang lebih banyak pendukungnya. Tapi hari ini (Selasa) mungkin masih sentimen yang negatif,” ujar Ariston.

Pada Selasa pagi, pasar mendapatkan kabar terbaru yang memberikan sentimen negatif dari hasil wawancara penasehat perdagangan pemerintah AS Peter Navarro dengan Fox News bahwa perjanjian dagang dengan China telah “berakhir”. Wawancara itu menunjukkan hubungan AS dan China yang masih memanas dan mengancam pelaksanaan perjanjian dagang yang telah disepakati.

Ariston pun memperkirakan rupiah pada Selasa melemah kembali ke area Rp14.200 per dolar AS dengan support di kisaran Rp14.050 per dolar AS. Prediksi pelemahan tersebut tak meleset jauh.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore terkoreksi seiring potensi kembali memanasnya hubungan AS dan China. Rupiah ditutup melemah 12 poin atau 0,08 persen menjadi Rp14.162 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.150 per dolar AS.

“Pasar merespons pernyataan Peter Navarro yang mengungkapkan bahwa perjanjian damai dagang AS-China sudah selesai,” kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Selasa (23/6).

Adapun pada Senin (22/6),  rupiah melemah 50 poin atau 0,35 persen menjadi Rp14.150 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.100 per dolar AS. (rah/berbagai sumber)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *