Pendidikan Imam Syafi’i
Imam Syafi’i sejak kecil hidup dalam kemiskinan. Ketika beliau diserahkan ke bangku pendidikan, para pendidik tidak mendapatkan upah dan mereka hanya terbatas pada pengajaran. Namun setiap kali seorang guru mengajarkan sesuatu kepada murid-murid, terlihat Imam Syafi’i kecil dengan ketajaman akal yang dimilikinya sanggup menangkap semua perkataan serta penjelasan gurunya. Setiap kali gurunya berdiri untuk meninggalkan tempatnya, Imam Syafi’i mengajarkan lagi apa yang didengar dan dipahaminya kepada anak-anak yang lain, sehingga dari apa yang dilakukannya. ini Imam Syafi’i mendapatkan upah. Setelah menginjak umur yang ketujuh, Imam Syafi’i telah menghafal seluruh Al-Qur’an dengan baik.
Imam Syafi’i bercerita, “Ketika saya mengkhatamkan Al-Qur’an dan memasuki masjid, saya duduk di majelis para ulama. Saya menghafal hadits-hadits dan masalah-masalah fikih. Pada saat itu, rumah kami berada di Makkah. Keadaan saya sangat miskin, dimana saya tidak memiliki uang untuk membeli kertas, namun saya mengambil tulang-tulang sehingga dapat saya gunakan untuk menulis.”
Ketika menginjak umur tiga belas tahun, ia juga memperdengarkan bacaan Al-Qur’an kepada orang-orang di Masjidil Haram, ia memiliki suara yang sangat merdu.
Imam Hakim mengeluarkan hadits dari riwayat Bahr bin Nashr, ia berkata, “Apabila kami ingin menangis, kami mengatakan kepada sesama kami, ‘Pergilah kepada pemuda Syafi’i! Apabila kami telah sampai kepadanya, ia mulai membuka dan membaca Al-Qur’an sehingga manusia yang ada di sekelilingnya banyak yang berjatuhan di hadapannya karena kerasnya menangis. Kami terkagum-kagum dengan kemerduan suara yang dimilikinya, sedemikian tingginya ia memahami Al-Qur’an sehingga sangat berkesan bagi para pendengamya.”
والله أعلم بالصواب