Muhasabah : Bekal Perjalanan Menuju Kampung Akhirat

Foto Unsplash
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



MUHASABAH : BEKAL PERJALANAN MENUJU KAMPUNG AKHIRAT

Saudaraku,
Kita hidup di dunia ini hakikatnya adalah sebuah perjalanan. Pernahkah kita memikirkan bahwa hidup ini tidak lain adalah sebuah perjalanan menuju kepada Allah Azza wa Jalla?

Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda,

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

كلّ الناسِ يغدو؛ فبائعٌ نَفسَه فمُعتِقها أو موبِقها

“Setiap hari semua orang melakukan perjalanan hidupnya, keluar mempertaruhkan dirinya! Ada yang membebaskan dirinya dan ada pula yang mencelakakannya!” (HR. Imam Muslim).

Saudaraku,
Bekal apakah yang perlu kita siapkan di dalam perjalanan menuju akhirat ini?! Jawabannya, ada beberapa bekal yang perlu sekali kita siapkan sejak sekarang untuk perjalanan menuju kampung akhirat…

Saudaraku,
keimanan merupakan bekal yang paling utama karena ia adalah kunci semua kebahagiaan dan kebaikan di dunia dan di akhirat,

«مَنْ لَقِيَ اللهَ لَايُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَمَنْ لَقِيَهُ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ».

“Barang siapa berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak menyekutukan-Nya maka dia akan masuk surga. Adapun siapa yang berjumpa dengan Allah dalam keadaan menyekutukan Allah maka akan masuk neraka.” (HR. Muslim)

Saudaraku,
Agungkanlah tauhid di dalam hati kita dan lestarikanlah ia hingga ajal menjemput kita. Inilah sebuah isyarat isi kandungan al-Qur‘an yang dimulai dengan surat al-Fatihah dan ditutup dengan an-Nas yang berisi tauhid sebagai sinyal sebagaimana kita membuka hidup ini dengan tauhid maka tutuplah dengan tauhid. Ya Allah, matikanlah kami di atas tauhid…

Saudaraku,
Selama berkelana dan mengembara di dalam perjalanan hidup ini, kita memerlukan bekal ilmu yang membuahkan keyakinan. Coba kita bayangkan, jika kita pergi menuju suatu tujuan tanpa mengetahui alamat yang kita tuju, rute perjalanannya, dan sebagainya, apa yang terjadi? Mungkin kita akan tersesat, atau gampang ditipu orang, atau minimal terombang-ambing di dalam kebingungan.
Demikian pula di dalam perjalanan menuju akhirat, jika kita tidak memiliki lentera ilmu agama maka akan tersesat, mudah ditipu orang, dan terombang-ambing di dalam kebingungan…

Maka dari itu, bersemangatlah memperbanyak bekal ilmu agama yang dibangun di atas al-Qur‘an dan as-Sunnah karena ia akan menjadi lentera yang menyinari perjalanan kita hingga ke surga yang penuh dengan kenikmatan,

«مَنْ سَلَكَ طَرِيْقاً يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْماً سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقاً إِلَى الْجَنَّةِ».

“Barang siapa menempuh perjalanan dalam rangka menuntut ilmu agama, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)

Saudaraku,
Amal shalih adalah amal kebajikan sebagai bekal utama yang bisa diandalkan untuk suatu hari yang pada waktu itu tidak bermanfaat harta, jabatan, dan anak, kecuali orang yang datang menghadap Allah dengan hati yang jernih…

Amalan kebajikan tanpa ikhlas maka sia-sia, seperti debu-debu yang beterbangan. Sementara itu, amal kebajikan tanpa ittiba’ juga sia-sia hanya memberatkan, seperti pengembara yang memenuhi tasnya dengan batu, memberatkan tanpa faedah yang berarti.
Maka bersemangatlah untuk beramal kebajikan. Jangan pernah meremehkan sebuah amal kebajikan sekecil apa pun, karena kita tidak tahu amal manakah yang diterima di sisi Allah, siapa tahu amal yang kita anggap remeh justru itu yang menjadikan faktor kita meraih ampunan Allah dan surga-Nya…

Saudaraku,
Kita masih seringkali lalai dan khilaf penuh dosa, sesalilah dosa-dosa kita sebelum kita akan menyesal selamanya. Bertaubatlah sekarang juga sebelum ajal datang menjemput…

Bekal kesabaran sangat penting dalam perjalanan menuju kampung akhirat karena perjalanan ini panjang, melelahkan, dan banyak rintangan yang menghadang…

Rasulullah bersabda:

«السَّفَرُ قِطْعَةٌ مِنَ الْعَذَابِ».

“Safar adalah bagian dari siksaan.”

Sesungguhnya perjalanan kehidupan manusia penuh dengan berbagai ujian yang harus dijalani dengan kesabaran dan ketabahan hingga mencapai kemuliaan takwa dan iman…

Saudaraku,
Ahlus Sunnah meyakini bahwa kemuliaan nasab mengikuti kemuliaan takwa dan iman. Adapun barangsiapa di antara Ahlul Bait yang tidak bertakwa maka kemuliaan nasabnya tidak akan memberi manfaat baginya. Allah berfirman:

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu” (QS. Al-Hujurat: 13)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ

“Barang siapa yang amalannya memperlambatnya maka nasabnya tidak akan bisa mempercepatnya” (HR Muslim no 2699)

Al-Imam An-Nawawi mengomentari hadits ini:

مَعْنَاهُ مَنْ كَانَ عَمَلُهُ نَاقِصًا لَمْ يُلْحِقْهُ بِمَرْتَبَةِ أَصْحَابِ الأَعْمَالِ فَيَنْبَغِى أَنْ لاَ يَتَّكِلَ عَلَى شَرَفِ النَّسَبِ وَفَضِيْلَةِ الآبَاءِ وَيُقَصِّرُ فِى الْعَمَلِ

“Makna hadits ini yaitu barang siapa yang amalnya kurang maka nasabnya tidak akan membuatnya sampai pada kedudukan orang-orang yang beramal, maka seyogyanya agar ia tidak bersandar kepada kemuliaan nasabnya dan keutamaan leluhurnya lalu kurang dalam beramal”

(Al-Minhaaj Syarh Shahih Muslim 17/22-23)

Ibnu Rajab Al-Hanbali berkata:

فَمَنْ أَبْطَأَ بِهِ عَمَلُهُ أَنْ يَبْلُغَ بِهِ الْمَنَازِلَ الْعَالِيَةَ عِنْدَ اللهِ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ فَيُبَلِّغُهُ تِلْكَ الدَّرَجَاتِ، فَإِنَّ الله تَعَالَى رَتَّبَ الْجَزَاءَ عَلَى الأَعْمَالِ لاَ عَلَى الأَنْسَابِ كَمَا قَالَ تَعَالَى فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّوْرِ فَلاَ أَنْسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلاَ يَتَسَاءَلُوْنَ

“Barangsiapa yang amalnya lambat dalam mencapai derajat yang tinggi di sisi Allah maka nasabnya tidak akan mempercepat dia untuk mencapai derajat yang tinggi tersebut. Karena Allah memberi ganjaran/balasan atas amalan dan bukan atas nasab sebagaimana firman Allah,

فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلا أَنْسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلا يَتَسَاءَلُونَ (١٠١)

“Apabila sangkakala ditiup Maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya” (QS. Al-Mukminun: 101, Jaami al-‘Uluum wa al-Hikam hlm. 652)

Ibnu Rajab berkata selanjutnya:

“Dan dalam Musnad (Ahmad) dari Mu’adz bin Jabal bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala mengutus beliau ke negeri Yaman maka Nabi keluar bersama beliau sambil memberi wasiat kepada beliau, lalu Nabi berpaling dan menghadap ke kota Madinah dengan wajahnya dan berkata :

إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِي الْمُتَّقُوْنَ، مَنْ كَانُوْا حَيْثُ كَانُوْا

“Sesungguhnya orang-orang yang paling dekat dengan aku adalah orang-orang yang bertakwa, siapa saja mereka dan di mana saja mereka” (HR. Ahmad no 22052)

Dan At-Thabrani mengeluarkan hadits ini dengan tambahan :

إِنَّ أَهْلَ بَيْتِي هَؤُلاَءِ يَرَوْنَ أَنَّهُمْ أَوْلَى النَّاسِ بِي وَلَيْسَ كَذَلِكَ، إِنَّ أَوْلِيَائِي مِنْكُمُ الْمُتَّقُوْنَ مَنْ كَانُوْا وَحَيْثُ كَانُوْا

“Sesungguhnya Ahlul Bait mereka memandang bahwasanya mereka adalah orang yang paling dekat denganku, dan perkaranya tidak demikian, sesungguhnya para wali-waliku dari kalian adalah orang-orang yang bertakwa, siapapun mereka dan di manapun mereka” (HR. At-Thabrani 20/120 dan Ibnu Hibbaan dalam shahihnya no 647)

Saudaraku,
Biasakanlah senantiasa berbuat baik, karena Allah Azza wa Jalla akan mewafatkan seseorang sesuai kebiasaaannya. Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu berkata:

تعودوا الخير، فإنما الخير بالعادة.

“Biasakanlah melakukan kebaikan, karena sesungguhnya kebaikan itu hanyalah bisa dilakukan dengan kebiasaan.” (Shahih, Mushannaf Abdur Razzaq, No. 4742)

Saudaraku,
Pada kesempatan yang baik ini marilah kita memanjatkan doa, memohon segala ampunan kehadirat Allah Azza wa Jalla…

َللّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ خَطِيْئَتِيْ، وَجَهْلِيْ، وَإِسْرَافِيْ فِي أَمْرِيْ، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْ.
اللّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ جَدِّيْ وَهَزْلِيْ، وَخَطَئِيْ وَعَمْدِيْ، وَكُلُّ ذلِكَ عِنْدِيْ،
اللّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ مَا قَدَّمْتُ، وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا أَسْرَرْتُ، وَمَا أَعْلَنْتُ، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْ، أَنْتَ الْمُقَدِّمُ، وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ، وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

Ya Allah,
ampunilah kesalahanku,
kebodohanku,
keberlebih-lebihan dalam perkaraku,
dan apa yang Engkau lebih mengetahui daripadaku.

Ya Allah,
ampunilah diriku dalam kesungguhanku,
kelalaianku,
Kekhilafanku,
kesalahanku,
kesengajaanku,
dan semua itu adalah berasal dari sisiku.

Ya Allah,
ampunilah aku dari segala dosa yang telah aku lakukan
dan yang belum aku lakukan,
segala dosa yang aku sembunyikan
dan yang aku tampakkan,
dan dosa yang Engkau lebih mengetahui daripadaku,
Engkau Yang Maha Mendahulukan
dan Yang mengakhirkan,
dan Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.

(HR. Bukhari 6398 dan Muslim 2719).

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa mempersiapkan bekal terbaik menuju kampung akhirat untuk meraih ridha-Nya…
Aamiin Ya Rabb.

Wallahua’lam bishawab

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *